SIMPANG LIMO BENGKULU

AvatarTempat berbagi cerita tentang Bengkulu. Berharap menjadi salah satu sumber informasi mengenai daerah ini. Selamat membaca...

Tamang, Bini, Kakek dan Nenek

oleh: Herman

Dalam bahasa Indonesia, orang tua dari ayah dan ibu kita disebut kakek (untuk laki-laki) dan nenek (untuk perempuan). Tidak demikian panggilan itu pada masyarakat tempat saya lahir, yakni Kaur. Bagi masyarakat Kaur Tengah dan Kaur Selatan yang memiliki satu bahasa, sebutan bagi keduanya adalah Tamang dan Bini. Akan tetapi, panggilan ini menyesuaikan dengan jenis kelamin si cucu, apakah laki-laki ataukah perempuan.

Jika seorang cucu itu laki-laki, maka ia akan memanggil kakeknya dengan sebutan Tamang, dan memanggil neneknya dengan sebutan Bini. Demikian sebaliknya, jika si cucu itu adalah perempuan, maka ia akan memanggil kakeknya dengan sebutan bini dan memanggil neneknya dengan sebutan Tamang.

Di daerah lain di Bengkulu, panggilan kakek dan nenek ini pun berbeda-beda sesuai dengan bahasanya yang memang beraneka. Bagi mereka yang berasal dari daerah Talo, panggilan kakek dan nenek adalah sama, yakni niniek. Hanya saja untuk kakek dipanggil Niniek Lanang (lanang: laki-laki), dan nenek dipanggil Niniek Tino (tino: perempuan). Dalam bahasa Rejang (untuk suku Rejang di daerah Kepahyang dan Bengkulu Utara), kakek dipanggil Datuk, dan nenek dipanggil Andung.
Di daerah kota Bengkulu sendiri, kakek dipanggil Datuk, dan nenek juga dipanggil Nenek.

Ada banyak panggilan untuk menyapa kakek dan nenek. Demikian pula untuk paman, bibi, kakak, dan lainnya dalam ikatan keluarga orang Bengkulu. Saya akan menjelaskannya pada postingan yang lain. Anda ingin menambahkan sebutan kakek dan nenek dalam beberapa bahasa daerah Bengkulu selain tersebut di atas?

Baca selengkapnya....

Bicara Pariwisata, Bicara Fakta Tentang Bengkulu Tercinta

oleh: Sev Pascal

Pantai yang damai, danau yang memukau
Keadaanmu tak seindah panoramamu


Ketika rekan saya yang baru datang dari Pulau Jawa berkunjung ke daerah-daerah pariwisata di Bengkulu seperti Pantai panjang, Danau dendam, Tapak paderi dan lain sebagainya, dia merasa benar-benar takjub melihat pemandangan alam Bengkulu ini yang masih begitu asri dan menentramkan dan mempunyai ciri khas sendiri yang berbeda dari tempat-tempat sejenisnya di tanah air.

Cuma ada satu hal yang membuat rekan saya mengeluh. Menurutnya banyak sekali objek wisata yang ada di provinsi ini belum dikelola secara maksimal sehingga berimbas kepada jumlah pengunjung yang datang. Sebagai contoh, apabila pantai panjang dibandingkan dengan pantai kutanya Bali sebenarnya Pantai Panjang memiliki kelebihan tersendiri. Pantai panjang memiliki panjang pantai yang benar-benar panjang, karakteristik pasirnya yang masih alami dan kelandaian pantai yang cocok untuk tempat berjemur atau tanning yang biasa dilakukan oleh orang-orang kulit putih, namun sayang di balik keidahan pantainya yang begitu menawan menyimpan banyak sekali kelemahan seperti pada sebagian wilayah pantai terdapat begitu banyaknya sampah dan bahkan kotoran yang membuat pantai ini tampak tak terawat. Disamping itu belum tersedianya sarana rekreasi tambahan lainnya misanya speed boat atau lainnya. Hal ini diperparah oleh sarana transportasi umum yang memang jarang sekali melalui rute pantai, seharusnya sepanjang pantai sarana transportasi umum diperbolehkan mengangkut dan menaikkan penumpang sehinga masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi dapat dengan leluasa mengunjungi pantai ini. Coba bayangkan apabila semua ini bisa diperbaiki, sudah barang tentu peningkatan jumlah pengunjung baik pengunjung tempatan/lokal maupun pengunjung dari luar daerah dan bahkan mancanegara bisa lebih banyak berkunjung dan akibatnya PAD dari sektor ini pun bisa meningkat. Memang kondisi Pantai Panjang sekarang ini lebih baik dibandingkan keadaan 5 tahun yang lalu sebab banyak hal yang telah dilakukan pemerintah seperti membebaskan tiket masuk Pantai Panjang, memperluas jalan arteri sepanjang pinggiran pantai sehingga pengunjung dapat dengan nyaman berkendara sambil melihat indahnya tepi pantai, membenahi tepi Pantai dengan beton-beton yang membuat pengunjung dapat dengan nyaman duduk-duduk sambil melihat pemandangan pantai dan menunggu datangnya sun set ketika senja hari. Hal ini sudah barang tentu berkat kesadaran semua pihak untuk memperbaiki kondisi tempat wisata daerah ini.

Sebenarnya selain pantai panjang yang ingin aku kritisi juga adalah tempat wisata Danau Dendam Tak Sudah (menurut rekan saya dari namanya saja sudah membuat orang tertarik untuk berkunjung karena namanya benar-benar unik. Dan memang nama-nama tempat di Bengkulu ini banyak sekali yang unik dan membuat orang yang pertama kali berkunjung keheran-heranan sebut saja Pintu Batu, Pagar Dewa, Tanah Patah, Air Sebakul, Sungai Hitam, Sukamerindu dan lain-lain coba bayangkan bagi anda yang belum pernah menginjakkan kaki di bumi Raflesia ini). Bicara mengenai danau ini tentu saja bicara mengenai keindahan alamnya. Danau Dendam ini apabila dikelola dengan baik sudah pasti akan banyak mendatangkan PAD bagi daerah. Kenapa aku bilang belum dikelola dengan baik? Alasannya simple saja, coba ketika kita berkunjung ke danau ini alangkah banyak sampah yang orang buang ke danau ini, dan di sebagian pinggiran danau begitu banyaknya rerumputan liar yang tumbuh menutupi indahnya danau. Jumlah pengunjung yang sedikit sebenarnya juga diakibatkan oleh rute kendaraan umum yang melayani masyarakat ke wilayah ini juga sangat sedikit dan mayoritas kendaraan umum yang lewat pun hanyalah kendaraan antar kabupaten dan propinsi seperti yang ke curup , ke kepahyang dan ke luar provinsi jadi masayarkat lokal yang tempat tinggalnya agak jauh dan tak mempunyai kendaraan pribadi agak malas mengunjung tempat wisata ini meskipun tempat ini benar-benar menawan untuk kita dapat bersantai dengan keluarga atau sahabat sehingg otomatis pengunjung yang datang adalah orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi dan atau orang yang tinggalnya dekat dengan daerah ini saja, selain itu fasilitas rekreasi yang minim juga membuat orang belum begitu tertarik dengan tempat wisata ini, seperti apa contohnya? Saya menyarankan untuk Danau Dendam ini kalau ingin banyak pengunjung buatlah semacam arena untuk perahu-perahuan, angsa-angsa yang menggunakan kayuh yang dapat dikayuh berdua atau sendirian atau kalau memungkinkan speed boat. Dan tentu saja pengunjung dengan rela antri untuk mendapatkan selembar tiket untuk menikmati fasilitas ini seperti halnya yang telah ada di tepi pantai Tapak Paderi dewasa ini yakni dengan hadirnya angsa-angsaan itu. Apakah ini semua tidak terpikirkan oleh yang berwenang? Apakah tidak ada pengusaha yang mau berinvestasi di sini? Apakah Tempat seperti Danau Dendam tidak dapat dijual untuk pariwisata? Apakah Jalur transportasi yang menuju tempat-tempat pariwisata macam pantai panjang tidak dapat ditata sedemikian rupa? Jawabannya ada pada kita sendiri. Tanya Kenapa?

Sebenarnya dua tempat wisata yang kutulis di sini hanyalah sebagian kecil saja dari sekian banyak tempat wisata yang dapat dijual oleh Kota Bengkulu pada khususnya dan provinsi Bengkulu pada umumnya yang masih belum mendapatkan sentuhan teknologi.

Aku sebagai warga kota Bengkulu meskipun tidak lahir di sini tapi sangat mencintai kota ini, ingin sekali rasanya dapat berperan untuk memajukan kota ini menjadi dapat sejajar dengan kota lain di Indonesia, namun aku tak dapat berbuat apa-apa yang siginifikan Karena ku hanya seorang anggota masyarakat yang tak punya kekuatan dan kewenangan yang ku miliki hanyalah sebuah idealisme dan gagasan yang entah siapa yang dapat mengejawantahkannya.

Baca selengkapnya....

Menjadi yang Pertama

oleh: Herman

Kemarin, saya melihat petunjuk waktu lampu lalu lintas di perempatan Taman Mini Indonesia Indah, pertigaan jalan Raya Bogor dari arah Taman Mini, dan di perempatan Cawang dekat kampus UKI. Mungkin karena baru dipasang, di perempatan Taman Mini ternyata petunjuk waktu yang seharusnya menyala dan memperlihatkan satuan detik yang terhitung mundur untuk penanda lampu hijau dan lampu merah menyala, hari ini hanya terlihat garis lurus berjajar sebanyak 3 garis (menunjukkan angka 3 digit). Kalau lampu menyala berwarna merah, yang telihat hanya tiga garis berwarna merah. Begitu pun dengan lampu yang berwarna hijau.

Di kota Bengkulu, penunjuk waktu itu telah lebih dulu ada. Meski menurut saya, jalanan Jakarta yang begitu ramai dan selalu macet lebih membutuhkan penunjuk waktu digital itu. Bukan berarti di Bengkulu tidak perlu ada alat itu, namun kelihatannya Bengkulu selalu ingin nomor satu dalam ketertiban lalu lintas. Sekitar tahun 1996, semua pengendara sepeda motor di Bengkulu telah diwajibkan mengenakan helm standar. Tentu saja helm standar ini untuk perlindungan pengendara sendiri ketika mengalami kecelakaan. Kalau tidak salah ingat, karena termasuk daerah pertama dalam penerapan aturan tersebut, Bengkulu mendapat penghargaan sebagai kota tertib lalu lintas.

Di bidang kependudukan, Bengkulu juga termasuk Kota pertama yang menerapkan penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) nasional. KTP berwarna biru mudan dan mirip kartu ATM itu telah diberikan kepada penduduk sekitar tahun 1996 pula. Saat akan merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi perguruan tinggi pada tahun 1997, saya sudah memiliki KTP Nasional. Di Yogyakarta, teman-teman saya dari Yogya maupun yang berasal dari kota-kota lain merasa heran melihat saya memiliki KTP yang dari penampilan saja sudah "keren". Sayangnya, KTP itu pun tidak berlaku untuk mengurus administrasi di pemerintahan DI. Yogyakarta. Tetap saja saya harus mengurus surat keterangan kependudukan dari Ketua RT tempat saya tinggal.

Sejujurnya, saya suka melihat Bengkulu menjadi kota pertama dalam menerapkan sesuatu yang baru, yang positif tentu saja, dan juga secara teknologi "canggih", complicated, atau apalah namanya. Sekarang, saya menunggu saat Bengkulu menjadi kota pertama dalam membersihkan instansi-instansi pemerintah dari praktik korupsi, terutama di kantor-kantor yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Misalnya, mengurus kartu pencari kerja tidak perlu lagi "dipalak" oleh pegawai Disnakertrans, mengurus KTP di kecamatan tidak dimintai uang minimal 25 ribu rupiah saat mengurus KTP, atau mengurus Akte Kelahiran tidak dipaksa untuk membayar uang yang (bagi masyarakat kurang mampu) jumlahnya terhitung besar untuk sekedar mendapatkan surat keterangan. Pegawai-pegawai pemerintah itu telah dibayar dengan menggunakan uang negara untuk melayani masyarakat. Uang negara itu, salah satu sumbernya, berasal dari pungutan pajak dari masyarakat juga. Kalaupun masyarakat diwajibkan membayar sejumlah tertentu sebagai biaya administrasi, akan lebih baik dibuatkan satu surat keterangan resmi dari instansi terkait agar terlihat ada semangat transparansi dalam menjalankan pemerintahan. Juga, tentu saja uang "pungutan resmi" itu tidak boleh memberatkan, dapat dijangkau oleh masyarakat lapis ekonomi paling bawah yang justru paling membutuhkan layanan maksimal dari keberadaan Pemerintah.

Kelak, kalau Bengkulu telah berhasil mewujudkan layanan bagi masyarakat umum secara bersih, tentu penghargaan sebagai kota Teladan itu tidak hanya dari Pemerintah Pusat. Penghargaan itu akan datang sendiri dari masyarakat, baik sebagai pihak yang merasakan langsung manfaatnya, maupun sebagai warga yang memang selayaknya bangga pada Pemerintah mereka.

Baca selengkapnya....

Bengkulu.....? ya gempa. Gempa ya...... Bengkulu

oleh: Sev Pascal

Hehe......judul postingan di atas agak sedikit memvonis memang, tapi tak apa lah orang aku cuma mau cerita sedikit mengenai gempa khususnya yang terjadi di Bengkulu ni.

Terkadang aku heran kenapa Tuhan membiarkan Bengkulu pada jalur gempa, tapi itulah faktanya. Di bengkulu ini kata gempa bukan lagi hal yang aneh karena memang Bengkulu ini sering dan terbiasa diguncang gempa. Dulu waktu tahun 2000 ketika itu pada malam hari sekitar pukul 23 lewat, Bengkulu berguncang dengan dahsyatnya, banyak sekali bangunan yang rontok, rumah dan gedung-gedung roboh, jalan-jalan banyak yang retak dan ketika itu Bengkulu lumpuh. Setelah gempa 2000 entah barapa ratus kali bumi Raflesia ni di guncang gempa namun intensitasnya tidak besar, tapi........pada tahun 2007 kembali gempa ganas mengguncang Bengkulu, Masya Allah bengkulu porak poranda terutama di wilayah Bengkulu Utara dan Muko-Muko. Banyak perumahan dan gedung-gedung yang hancur serta rata dengan tanah.

Aku cuma sedikit mengingatkan , sehubungan Bengkulu ni rawan gempa jadi kita harus selalu waspada terhadap musibah ini dan jangan terpancing isyu yang menyesatkan, jika masyarakat panik bahaya akibatnya, perekonomian dan aktifitas masyarakatpun bisa ikut lumpuh.... seperti isyu terakhir yang menyebutkan bahwa pada tanggal 23 Desember 2007 diramalkan akan terjadi gempa yang lebih dahsyat dari gempa tahun 2000.

Sebenarnya siapa si yang tahu dengan pasti? Siapa yang dapat meramalkan dengan yakin? Kenapa harus tangal 23 Desember, kenapa tidak tanggal 25 saja misalnya? Sebagai perbandingan, banyak negara maju seperti Amerika pernah dilanda gempa yang dahsyat dan Jepang yang sudah kita ketahui teknologinya yang sudah tergolong sangat modern begitu seringnya dilanda gempa yang memporak-porandakan bangunan dan fasilitas yang telah dibangun dan juga berapa banyak korban jiwa yang melayang akibat korban gempa di Jepang sana.

Sekarang aku mau tanya apakah di sana tidak punya alat pendeteksi gempa? Apakah mereka tidak punya professor paling botak yang dapat memperkirakan gempa? Kenapa disana masih juga terdapat korban jiwa yang tidak sedikit?

Sebenarnya intinya berpulang kepada kita dalam menaggapi isyu tersebut. Dan menurut hemat aku sebaiknya kita dapat menyikapinya dengan sikap yang bijak, tidak terbawa arus tetapi harus tetap selalu waspada.

Baca selengkapnya....

Bahasa Bengkulu campur-campur

oleh: Herman

Kalau diperhatikan, sebenarnya propinsi Bengkulu memiliki bahasa daerah yang banyak. Itulah sebabnya, menurut guru Antropologi saya waktu di SMUN 5 dulu, Pemerintah Daerah tidak menetapkan satu bahasa daerah ini yang menjadi muatan lokal pelajaran “Bahasa Daerah” di sekolah.

Kalau teman saya dari Bekasi, Bandung, atau Garut bisa mendapatkan pelajaran bahasa Sunda sebagai satu mata pelajaran wajib bermuatan lokal waktu masa-masa sekolah dulu, tidak demikian yang saya alami di Bengkulu. Mau belajar bahasa daerah yang mana kalau nyaris di setiap kecamatan memiliki bahasanya sendiri-sendiri.

Saya, karena berasal daerah paling ujung selatan Propinsi Bengkulu, kemudian hidup berpindah-pindah di seputar Bengkulu Selatan hingga Kota Bengkulu, memahami beberapa bahasa yang ada. Emak berasal dari Alas (sekarang Kabupaten Talo) dan Bapak dari Kaur. Saya lahir di Kaur. Dari kedua orang tua saya itu, saya bisa memahami bahasa Alas dan bahasa Kaur.

Selain bahasa Kaur dan bahasa Alas, meski kurang lancar, saya bisa berbahasa Padang Guci, Kedurang, Manna, Tais, Bahasa Tanjung Agung dan Sekitarnya, bahasa Bengkulu Kota yang hampir sama dengan bahasa Palembang-Sumatera Selatan itu, serta Bahasa Bengkulu Pantai. Masih ada beberapa bahasa yang sama sekali saya tidak mampu memahami, karena saya memang belum pernah tinggal di daerah itu, yakni bahasa Kepahyang dan bahasa Bengkulu Utara. Bayangkan, bahasa mana yang mau diajarkan kepada anak-anak sekolahan di Bengkulu?

Sewaktu masih di Yoyga, sesekali saya menjenguk saudara sepupu yang nyantri di Mu’allimat Muhammadiyah. Ada dua orang, Betty dan Icha. Kedua adik saya ini memiliki bahasa yang berbeda. Mereka berdua saudara sepupu. Icha yang tinggal di Kota Bengkulu jelas terbiasa menggunakan bahasa Bengkulu Kota. Juga memahami bahasa Alas dimana kedua orang tuanya berasal. Betty berasal dari Seginim, daerah di bagian selatan Propinsi. Uniknya, Betty tidak bisa berbahasa Bengkulu Kota dan berbahasa Alas. Ia hanya mampu berbahasa Seginim dan bahasa Indonesia seperti yang dia dapatkan di sekolah. Icha dan Betty berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Kalau berbicara dengan Icha saya menggunakan bahasa Bengkulu Kota sembari sesekali diselingi bahasa Alas. Dengan Betty saya terpaksa berbicara dalam bahasa Indonesia dan menggunakan beberapa kosa kata bahasa Seginim.

Nyaris setiap kecamatan memiliki bahasa yang berbeda. Kalau satu kecamatan dengan kecamatan di sebelahnya mungkin masih bisa mengerti bahasan masing-masing. Namun jika letak satu kecamatan dengan kecamatan lain sudah diselingi oleh dua kecamatan atau lebih, penduduknya kadang saling tidak memahami bahasa satu dengan lainnya. Satu contoh dalam perbedaan bahasa ini adalah untuk kata “tidak” dalam bahasa Indonesia, bisa berarti de (Kaur), dide (Padang Guci dan Seginim), nido (Alas), ido (Tais), idak (Kota), col (Tanjung Agung), atau coa (Kapahyang).

Keragaman bahasa ada di masyarakat merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Sebagai sebuah hasil proses budaya yang berjalan ratusan hingga ribuan tahun, maka bahasa-bahasa daerah ini harus kita lestarikan. Dalam satu artikel yang pernah saya baca di majalah new internationalist, disebutkan bahwa setiap harinya ada 2 bahasa masyarakat di bumi ini punah melalui proses globalisasi yang berlangsung. Anak-anak muda lebih sering belajar menggunakan bahasa asing atau bahasa yang lebih global untuk berkomunikasi sembari melupakan bagaimana berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan oleh kakek-neneknya.

Kakek dan nenek kami dulu sangat sedih kalau kami, cucu-cucunya, tidak bisa berbahasa daerah sebagaimana yang mereka pakai sehari-hari. Sekarang saya memaklumi mengapa demikian. Kalau tidak terbiasa menggunakan, maka bahasa moyang kita dahulu lambat laun tentu akan hilang. Dalam hal ini saya berpendapat, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris itu penting, namun kita juga harus membiasakan berbahasa daerah di mana kita dilahirkan. Begitulah salah satu cara untuk melestarikan budaya.

Saya menulis ini dalam bahasa Indonesia, terus terang, karena saya kebingungan akan menggunakan bahasa Bengkulu yang mana yang terasa enak dibaca. Bahasa Bengkulu saya terasa campur-campur: Alas, kaur, kota dan lainnya. Tetapi, kalau diantara Anda mengajak saya berbahasa Bengkulu yang mana saja, Insya Allah masih pacak, masih bisa, ndang khawatir sanak.

Baca selengkapnya....

Nama Daerah yang Aneh

oleh: Herman

Di Bengkulu, ada beberapa nama daerah, baik nama kecamatan, desa maupun kelurahan yang aneh. Dianggap aneh karena kalau diasosikan dengan "yang lain" memang "sungguh tidak nyambung". Beberapa keanehan ini pernah dimuat di kolom sungguh-sungguh terjadi koran Kedaulatan Rakyat akhir tahun 2000 lalu. Berikut ini nama-nama daerah yang aneh itu:

  1. Air Sebakul (air sumur melimpah, tidak sampai hanya tinggal satu bakul atau besek dalam bahasa Jawa)
  2. Kebun Keling (tidak sekumpulan orang kulit hitam di daerah ini, yang ada kulit agak gelap karena suka main ke daerah pantai yang tidak jauh dari sini)
  3. Kebun Ros (tidak ada kebun bunga mawar secara khusus di sini)
  4. Sukamerindu (mungkin dulu orang-orang yang tinggal di daerah ini merindukan sesuatu secara beramai ramai)
  5. Pondok Kubang (entahlah, mungkin dulunya ada kubangan luas untuk kerbau-kerbau petani di daerah ini)
  6. Sumur meleleh (nah, apa ya sekarang masih ada sumur tidak bisa menampung air sampai melimpah dan tumpah)
  7. Padang Guci (tidak ada kumpulan Guci atau pembuat Guci di daerah situ)
  8. Tengah Padang (entahlah, padang apa?)
  9. Sawah Lebar (dulunya, di sebelah timur Kelurahan ini ada daerah persawahan. Sekarang sudah jadi pemukiman)
  10. Pengantungan (siapa ya yang pernah tergantung di kelurahan ini?)
  11. Padang Jati (sungguh, di sini hanya ada pemukiman yang mulai padat, dan tidak ada sejarah hutan jati di kelurahan ini)
  12. Pagar dewa (he he he, Dewa yang mana ya yang mau bikin pagar seluas Desa Pagar Dewa?)
  13. Pondok Besi (mungkin gara2 dekek benteng…)
  14. Pintu Batu (gapuranyo dari batu mungkin)
  15. Kebun Tebeng (kalu iko ado kebun di tebing...)
  16. Padang Dedok (nah kalu iko ambo idak tau napo namonyo cak iko yang pasti daerah rumahnyo miko)
  17. Kuala Lempuing (hayo... siapa yang tahu daerah ini?)
  18. Nakau (apa hubungannya dengan hutan bakau ya? Tapi daerah ini kan jauh dari pesisir pantai?)
  19. Semarang (tidak perlu jauh-jauh ke Jawa Tengah untuk mengunjunginya, meski penduduk asli sama sekali bukan keturunan dari Jawa)
  20. Surabaya (desa ini bersebelahan dengan desa Semarang. Kedua desa tersebut memiliki bahasa daerah yang sama, juga bukan keturunan dari pulau Jawa).

Terima kasih untuk Henky Moriska dan teman-teman lain di milis Alumni SMUNLI 97 Bengkulu yang sudah menambah daftar yang ada sehingga mencapai jumlah di atas.

Anda pernah tahu ada nama desa, dusun, atau kecamatan yang aneh seperti di atas yang terdapat di Bengkulu? Silahkan tambahi ya.

Baca selengkapnya....

Penunjuk Waktu di Simpang Limo

oleh: Herman


Setiap lampu lalu lintas (traffic light) di Simpang Limo kota Bengkulu saat ini dipasangi penunjuk waktu. Bentuknya seperti digital watch, dan dipasang persis di sebelah lampu lalu lintas itu sendiri (klik foto untuk melihat tampilan penuh). Penunjuk waktu ini secara pasti memberitahu para pengendara kapan ia harus berhenti karena lampu merah menyala, juga kapan ia harus menjalankan kendaraannya karena yang menyala telah berganti lampu hijau.

Jika berada di Simpang Limo, kendaraan Anda berhenti karena lampu merah, Anda tinggal melihat ke penunjuk waktu: 156, 155, ..., 0. Setelah terlihat angka 0, itu artinya kendaraan sudah bisa melaju kembali. Demikian juga dengan lampu hijau: 30, 29, ..., 0.

Dari arah jalan Suprapto--yang merupakan jalan protokol--lampu merah menyala selama 156 detik, dan lampu hijau menyala 30 detik. Ternyata di lima jalan yang bertemu di simpang limo itu lampu merah dan hijau tidak sama lama menyalanya. Dari arah jalan Supratman, kalau tidak salah ingat, lampu merah hanya menyala selama 154 detik. Mungkin perbedaan ini didasarkan pada tingkat kepadatan kendaraan yang datang menuju Simpang Limo. Jalan Suprapto dan jalan Supratman lebih banyak kendaraan yang lewat. Bisa jadi dari ruas jalan ini lampu hijau menyala lebih lama dari pada dari araha jalan Fatmawati, Basuki Rahmat, dan jalan Soekarno-Hatta.

Penunjuk waktu ini, untuk mereka yang biasa berdisiplin dalam lalu lintas, cukup membantu. Kita bisa memperkirakan kapan akan menjalankan kendaraan, dan dalam jeda itu kita bisa melakukan hal-hal kecil seperti mengecek apakah ada barang yang tertinggal di rumah yang harusnya sudah masuk di dalam ransel di punggung kita.

Foto di atas diambil dari arah jalan Soekarno-Hatta pada tanggal 23 Oktober 2007.

Baca selengkapnya....

Simpang Limo

oleh: Herman

Simpang Limo terdapat di tengah-tengah kota Bengkulu, ibukota Propinsi Bengkulu. Siapapun yang pernah tinggal di Bengkulu atau hanya sekedar mampir berkunjung ke Bengkulu, biasanya mengenal atau setidaknya pernah mendengar Simpang Limo ini. Pertama, jalan bernama jalan Suprapto. Sepanjang jalan ini merupakan pusat pertokoan, pusat ekonomi, sehingga layak disebut sebagai pusat kota Bengkulu itu sendiri.

Kedua, jalan Basuki Rahmad. Di ruasa jalan ini terdapat kantor Walikota dan Bank Pembangundan Daerah, DPRD Kota Bengkulu, serta beberapa kantor pemerintah lainnya.

Ketiga, jalan Soekarno-Hatta. Jalan ini mengabadikan sebuah rumah tempat tinggal Presiden Indonesia pertama, Soekarno, ketika Belanda membuangnya ke daerah ini pada masa penjajahan dulu. Sejak awal tahun 2000-an ini, ruas jalan Soekarno-Hatta dikembangkan sebagai pusat oleh-oleh khas Bengkulu. Kalau Anda ingin mencari oleh-oleh seperti makanan, kerajinan tangan, atau batik basurek khas Bengkulu, di sinilah tempatnya.

Keempat, Jalan Fatmawati. Jalan ini menuju Pantai Panjang, sebuah obyek wisata alam yang indah di Bengkulu. Hanya beberapa ratus meter dari Simpang Limo ini, terletak rumah Fatmawati, Ibu negara Indonesia, yang menikah dengan Presiden Soekarno ketika berada di Bengkulu. Rumah Fatmawati yang telah dipugar itu merupakan salah satu tempat kunjungan bagi wisatawan yang senang pada peninggalan sejarah, selain tentu saja rumah tempat tinggal Soekarno di jalan Soekarno-Hatta.

Kelima, jalan S. Parman. Jalan ini merupakan jalan utama menuju arah selatan Bengkulu. Di ruas jalan ini banyak terdapat kantor pemerintah seperti Kantor Pendidikan Nasional, RRI, Bank Mandiri, Bank BNI, dan beberapa lainnya.

Weblog ini mengambil nama Simpang Limo untuk lebih mengingatkan pembaca pada Kota Bengkulu. Harapannya, dari weblog ini Anda bisa mengenal Bengkulu, meski belum pernah mengunjunginya.

Baca selengkapnya....
 

Mailing List Blogger Bengkulu

Sebelum mendaftar, silahkan membaca dulu persyaratannya di sini.