SIMPANG LIMO BENGKULU

AvatarTempat berbagi cerita tentang Bengkulu. Berharap menjadi salah satu sumber informasi mengenai daerah ini. Selamat membaca...

Orang Kaur Mudik Bersama

Persatuan Warga Kaur (PWK) Palembang dan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) mengajak adik sanak warga Kaur di perantauan untuk mudik bersama ke Kaur dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri 1434H.

Hari Minggu, 11 Agustus 2013 pukul 09.00 Wib atau reraye ke-4 akan ada kumpul-kumpul di Gedung Pendopo TM BINEKA desa Sekunyit Bintuhan. Pukul 19.00 Wib malam hari, akan ada pagelaran kesenian Kaur.

Mari balik ke Kaur. Kita bersilaturrahim sekaligus merayakan Idul Fitri tahun ini di Kaur. Informasi ini disampaikan oleh Pak Son Iswandy dari PWK Palembang.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi beliau di no telepon genggam 0812 782 0344.

Baca selengkapnya....

Menikmati Masakan Khas Bengkulu

Oleh: Saherman


Kalau sedang bertugas ke daerah-daerah di Indonesia, teman-teman saya selalu mengagendakan aktivitas makan makanan khas daerah setempat. Bagi saya pribadi, hal ini masih tergantung pada ketersediaan waktu dan juga uang di kantong. Jika keduanya bersatu padu, maka mencicipi masakan khas setempat merupakan satu hal yang sangat berharga bagi saya.

Sebagai orang Bengkulu, saya harus mengakui kalau selama ini saya tak begitu hirau dengan nama-nama masakan dari dapur orang Bengkulu. Saya hanya mengingat bahannya serta rasanya. Sejak kecil, ibunda di rumah sangat memanjakan saya dan saudara-saudara dengan segala masakan khas orang kito di Bengkulu ini. Yang jelas, dari sekian masakan itu, ikan merupakan masakan paling saya sukai. Sampai-sampai dulu ayahanda berkelakar saat saya akan merantau ke Yogyakarta, "Nanti kalu ngah lah de agi di 'umah, siape nihan yang makan palak ikan ni.... " (Nanti kalau ngah sudah tidak ada di rumah, siapa lagi yang akan menyantap kepala ikan ini). Ngah adalah panggilan adik-adik untuk kakak nomor 2 bagi orang-orang Bengkulu suku Kaur). Yup, kepala ikan merupakan bagian dari ikan yang sangat saya sukai. Itu sebabnya, meski jauh dari Bengkulu, saya masih terus menikmati kepala ikan kakap, ikan patin, dan ikan-ikan lainnya. Dan betapa bersyukurnya saya ketika tahun lalu berada di Balikpapan dan Banjarmasin saya dapat menikmati kepala ikan patin dan ikan ghuan (gabus). Rasanya sunggu enak, berbeda dengan makan ikan cakalang atau ekor kuning kalau sedang berada di Maluku.


Berada di Bengkulu untuk tugas kantor bersama teman-teman dari Jakarta awal Oktober lalu semakin menyenangkan karena saya dapat menikmati masakan khas Bengkulu langsung di tanah kelahiran saya ini. Ayuk Susi, teman dari LSM Pendidikan untuk Perempuan dan Anak (PUPA), mengajak teman-teman dari Jakarta untuk merasakan masakan khas orang sini. Petang hari di tanggal 2 Oktober, kami pergi makan di rumah makan Marola yang letaknya di pantai panjang. Letaknya tak jauh dari hotel Grage Horizon tempat kami menginap. Saya pun sesungguhnya belum pernah menikmati masakan-masakan Bengkulu di rumah makan yang menyediakan masakan khas Bengkulu sendiri. Sebagai orang Bengkulu, inilah saat pertama kali saya menikmati masakan Bengkulu di rumah makan khas Bengkulu dan di Bengkulu pula.

Baca selengkapnya....

Kolam Renang Pemandangan Pantai

Oleh: Saherman



Entah sejak kapan mulai masuk dalam pelajaran pendidikan olahraga di sekolah-sekolah, anak-anak SD hingga SMA di Bengkulu melakukan olahraga berenang sebulan sekali. Setidaknya saya mengalami itu sejak duduk di bangku SMP 20-an tahun lalu.

Awal Oktober 2012, saat bertugas di Bengkulu untuk satu penelitian mengenai adat istiadat di daerah ini, saya menginap di hotel Grage Horizon. Di hotel ini, begitu membuka pintu kamar, kita langsung dapat melihat pantai panjang yang terkenal di propinsi bagian Selatan Sumatera ini. Kolam renang di hotel ini sering digunakan oleh para siswa sekolah untuk mengikuti mata pelajaran olahraga. Jadilah setiap pagi di awal Oktober 2012 ini saya harus menyaksikan anak-anak berenang di kolam renang tersebut sembari menikmati sarapan. 

Baca selengkapnya....

Dokumen Tertulis Adat Istiadat di Bengkulu

Oleh: Saherman


Kembali ke Bengkulu untuk sebuah tugas saya alami pada 1 - 5 Oktober 2012. Sejak beberapa tahun terakhir saya memang berkeliling ke daerah-daerah di Nusantara untuk satu program pengkajian mengenai adat istiadat. Dan baru di awal bulan ini saya berkesempatan menggali adat istiadat yang berlaku di Bengkulu.

Saya dan dua teman lainnya dari Jakarta mewawancarai beberapa tokoh masyarakat, termasuk Ketua Badan Musyawarah Adat (BMA) Kabupaten Seluma dan Kota Bengkulu. Selain itu, kami pun mengumpulkan beberapa dokumen tertulis mengenai adat istiadat yang berlaku di daerah bekas jajahan Inggris ini. Bertemulah kami dengan dua dokumen yang sangat berarti, Koempoelan Oendang - Oendang Adat Lembaga dari Sembilan Onderafdeelingen dalam Gewest Benkoelen dan Adat Kota Bengukulu. Buku pertama merupakan kumpulan Oendang - Oendang Adat di Kota Bengkulu, Seluma, Manna, Kaur, Kroe, Rejang, Lebong, Lais, Muko-Muko, Serta Undang-Undang Simboer Tjahaja Bangkahoeloe. Dokumen ini sangat berharga karena merupakan dokumen tertulis mengenai adat istiadat di daerah yang pernah menjadi bagian propinsi Sumatera Selatan ini. Sementara dokumen kedua berupa Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 29 tahun 2003 tentang Pemberlakuan Adat Kota Bengkulu. Sebenarnya dokumen terakhir sudah saya miliki sejak sekitar 3 tahun lalu atas kebaikan hati teman dekat saya yang bekerja di kantor Pemerintah Daerah Kota Bengkulu. Sayangnya buku ini terselip entah dimana diantara tumpukan buku yang masih belum rapih sejak kepindahan domisili saya dan keluarga setahun terkahir.

Baca selengkapnya....

Mencari Keluarga, hanya foto ini petunjuknya



Sanak,

dari group LEMBAK Community di facebook, seorang sanak kito asal Bengkulu yang saat ini bermukim di Malaysia sedang mencari keluarganya. Ia hanya memiliki foto ini, yang menurut informasinya merupakan gambar yang diambil pada tahun 1980-an. Jika ada diantara sanak-sanak yang membaca blog ini mengetahui keberadaan sanak di Bengkulu yang dimaksudkan, sudi kiranya menginformasikan ke:

Ali Azwan
nawza_ila@yahoo.com
Telp +60 13378 2847
fb: Ali "gaban" Azwan



----------
Hari Rabu, 16 Maret 2011, Pak Ansar Ali pertama kali mengabarkan informasi ini melalui LEMBAK Community di facebook:


Assalamualaikum ww
Ade sanak kite wang Bengkulu Malaysia jak Sungai Choh nalak keluarganye di Bengkulu, terputusnye komunikasi dan terbatasnye informasi singgonye beliau kesulitan nak nemu ke keluarganye to.
Cuma ade photo ikak yg nye punye sebagai petunjuk, beliau mohon pertulungan adik sanak segalenye. Seandainye adik sanak LC kak ade nang kenal atau tahu ngan keluarganye yg ade di photo itu sudilah kirenye untuk menghubunginye di alamat yg tertera di photo tsb.

Baca selengkapnya....

Joran Pancing Lidi Nau

Oleh: Saherman


Inilah alat mengail (memancing) ikan penduduk di dusun Air Langkap, Kaur Tengah, kabupaten Kaur, Propinsi Bengkulu. Jorannya terbuat dari lidi Nau (lidi dari pohon aren). Lidi sepanjang lebih kurang 1,5 meter ini disambung dengan buluh (bambu) sebesar ibu jari orang dewasa. Panjang buluh disesuaikan dengan kebutuhan panjang joran untuk mengail. Seperti joran pancing umumnya, tentu ada tali atum (tali pancing) dan mata kail (mata pancing/hook) untuk mengait ikan yang memakan umpannya. Ujung tali atum yang memiliki mata kail di salah satu ujung lainnya diikatkan pada ujung lidi nau.

Buluh yang digunakan untuk mengail ini adalah buluh Temiang atau buluh Kapal. Buluh ini dianggap paling pas untuk disambung dengan lidi Nau.

Lidi Nau yang dipilih mengail adalah lidi yang sudah tua, dari daun Nau (yang mirip dengan daun kelapa) yang sudah tua sehingga merupakan lidi yang kuat. Lidi yang dipilih lalu diletakkan di atas Lantai. Lantai dalam bahasa Air Langkap adalah tempat meletakkan bumbu-bumbu masak, panci dan lainnya di atas tungku perapian memasak. Dengan demikian, lidi yang disimpan di atasnya mengalami pengasapan setiap hari. Proses ini dinilai membuat lidi nau menjadi lebih kuat namun tetap lentur.

Meski menggunakan lidi nau, joran pancing ini bisa dipakai untuk menangkap ikan dengan berat hingga 2 kilogram. Joran ini pun bisa dipakai untuk mengail di sungai, pinggir laut/pantai, air payau, kolam atau sawah.

Umpan yang dipakai untuk mengail adalah umang-umang. Hewan sejenis siput ini hidup di pinggir laut atau pasir pantai. Ukuran umang-umang ini kecil hingga sekitar kelingking orang dewasa. Umang-umang ini biasa dipakai untuk memancing di pantai Air Langkap.

Ada satu cerita menarik mengenai cara memancing orang Air Langkap ini. Pada tahun 2003 lalu, dalam rangka ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI), Koramil Kaur Selatan menyelenggarakan lomba memancing. Peserta memancing jumlahnya puluhan dan berasal dari seluruh propinsi Bengkulu. Pemenang lomba memancing adalah ia yang paling banyak mendapatkan ikan. Setelah lomba selesai, ikan tersebut ditimbang oleh panitia.

Lomba memancing berlangsung di dermaga Linau Kaur Selatan, sebuah pelabuhan alam dengan banyak karang di pantai-pantai dekat pelabuhan itu. Waktu memancing ditentukan lamanya dan dalam rentang waktu itu semua peserta harus berlomba mendapatkan ikan sebanyak-banyaknya supaya bisa menjadi pemenang.

Tamsir (38 tahun) berasal dari dusun Air Langkap berhasil mengumpulkan ikan terbanyak diantara peserta yang lainnya. Dengan joran khas Air Langkap dan umpan umang-umang ia memenangkan lomba memancing tersebut.

Menurut cerita Tamsir, ada peserta lainnya yang ia tegur saat lomba berlangsung. Peserta tersebut membawa ikan di dalam kantong plastik hitam. Ikan laut dari membeli di pasar itu hendak ia serahkan ke panitia untuk ditimbang sebagai hasil tangkapan mata kailnya. Tamsir sudah mengingatkan kalau panitia tidak sebodoh yang ia bayangkan. Panitia memeriksa ikan-ikan hasil tangkapan. Mungkin karena hasil perlombaan jauh lebih segar hingga berbeda dengan ikan dari pasar, panitia akhirnya mengetahui ada peserta yang berbuat curang. Ikan yang bukan hasil tangkapan perlombaan itu diserahkan panitia kepada peserta yang curang tesebut. "Ikan ini kau bawa ke ibumu untuk dimasak!" kata panitia.

Sebagai pemenang, Tamsir mendapatkan piala dan sejumlah hadiah lainnya. Alat mengailnya yang terbuat dari buluh Temiang/Kapal yang disambung dengan lidi Nau diminta panitia sebagai kenang-kenangan penyelenggara lomba. Alat memancing itu menyedot perhatian banyak orang karena tidak lumrah dan unik.

Orang Air Langkap sudah sejak lama menggunakannya. Dengan joran pancing lidi Nau Tamsir berhasil mengalahkan peserta lainnya yang menggunakan joran pancing yang bagus-bagus, mahal dan katanya alat pancing yang lebih modern.

Baca selengkapnya....
 

Mailing List Blogger Bengkulu

Sebelum mendaftar, silahkan membaca dulu persyaratannya di sini.