SIMPANG LIMO BENGKULU

AvatarTempat berbagi cerita tentang Bengkulu. Berharap menjadi salah satu sumber informasi mengenai daerah ini. Selamat membaca...

Isu Gempa dan Tsunami Lagi

oleh: Herman

Informasi yang menyebutkan bahwa Bengkulu akan mengalami gempa dan menyebabkan tsunami pada hari Minggu tanggal 23 Desember 2007 ini, telah menyebabkan banyak penduduk mengungsi. Penduduk yang berada di bibir pantai dan sekitarnya berusaha mengungsi ke daerah yang lebih tinggi untuk mengamankan diri. Mereka mendirikan tenda untuk tempat tinggal sementara.

Dari Aya' Langkap, Kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Kaur, Amrul Hamidi mengabarkan kepada Simpang L imo bahwa penduduk di sana telah mengungsi kedaerah yang lebih tinggi, terutam daerah-daerah yang sekarang menjadi lahan perkebunan yang memang lebih tinggi dan agak jauh dari pantai. Neng, seorang yang mengelola sebuah agen perjalanan di Kota Bengkulu juga menceritakan bahwa ada peningkatan penumpang pesawat dalam beberapa hari kemarin. Mereka yang keluar Bengkulu mengkhawatirkan akan terjadinya gempa dahsyat. Yuni, dari WCC Cahaya Perempuan Bengkulu, dua minggu lalu juga bercerita ketika bertemu dengan saya, bahwa instansi-instansi pemerintah di daerah meliburkan diri hingga akhir tahun dengan alasan kekhawatiran datangnya gempa yang hebat.

Dari radio Elshinta, kemarin seorang analis geologi dari ITB menjelaskan bahwa, memang ada perkiraan akan naiknya gelombang di lautan seputar Bengkulu, namun tidak ada kepastian akan menyebabkan tsunami. Jadi masyarakat tidak perlu terpengaruh oleh kabar yang belum tentu kebenarannya. Kewaspadaan memang diperlukan, sebab Bengkulu memang merupakan daerah yang rawan gempa.

Dari pemberitaan Elshinta online, Gubernur Agusrin M. Najamuddin menyebutkan bahwa pada Sabtu tanggal 22 Desember kemarin telah ada pengungsi sebanyak 300.000 orang. Mereka berasal dari daerah pesisir pantai dari Kabupaten Kaur hingga Kabupaten Muko Muko. Pemerintah juga menyediakan tempat bagi mereka yang mengungsi.

Baca selengkapnya....

Lobster Bengkulu Selatan

oleh: Rasito


Bengkulu Selatan terdiri dari 11 kecamatan dan mempunyai kekayaan alam yang beragam diantaranya sektor pertanian perkebunan dan perikanan. Pada kesempatan ini saya ingin menggambarkan komiditi unggulan perikanan laut. Lobster merupakan salah satu komoditi unggulan di bengkulu selatan. Apabila ada yang membutuhkan data tersebut kami akan bantu demi kelancaran investasi di bengkulu selatan .

Baca selengkapnya....

Tamang, Bini, Kakek dan Nenek

oleh: Herman

Dalam bahasa Indonesia, orang tua dari ayah dan ibu kita disebut kakek (untuk laki-laki) dan nenek (untuk perempuan). Tidak demikian panggilan itu pada masyarakat tempat saya lahir, yakni Kaur. Bagi masyarakat Kaur Tengah dan Kaur Selatan yang memiliki satu bahasa, sebutan bagi keduanya adalah Tamang dan Bini. Akan tetapi, panggilan ini menyesuaikan dengan jenis kelamin si cucu, apakah laki-laki ataukah perempuan.

Jika seorang cucu itu laki-laki, maka ia akan memanggil kakeknya dengan sebutan Tamang, dan memanggil neneknya dengan sebutan Bini. Demikian sebaliknya, jika si cucu itu adalah perempuan, maka ia akan memanggil kakeknya dengan sebutan bini dan memanggil neneknya dengan sebutan Tamang.

Di daerah lain di Bengkulu, panggilan kakek dan nenek ini pun berbeda-beda sesuai dengan bahasanya yang memang beraneka. Bagi mereka yang berasal dari daerah Talo, panggilan kakek dan nenek adalah sama, yakni niniek. Hanya saja untuk kakek dipanggil Niniek Lanang (lanang: laki-laki), dan nenek dipanggil Niniek Tino (tino: perempuan). Dalam bahasa Rejang (untuk suku Rejang di daerah Kepahyang dan Bengkulu Utara), kakek dipanggil Datuk, dan nenek dipanggil Andung.
Di daerah kota Bengkulu sendiri, kakek dipanggil Datuk, dan nenek juga dipanggil Nenek.

Ada banyak panggilan untuk menyapa kakek dan nenek. Demikian pula untuk paman, bibi, kakak, dan lainnya dalam ikatan keluarga orang Bengkulu. Saya akan menjelaskannya pada postingan yang lain. Anda ingin menambahkan sebutan kakek dan nenek dalam beberapa bahasa daerah Bengkulu selain tersebut di atas?

Baca selengkapnya....

Bicara Pariwisata, Bicara Fakta Tentang Bengkulu Tercinta

oleh: Sev Pascal

Pantai yang damai, danau yang memukau
Keadaanmu tak seindah panoramamu


Ketika rekan saya yang baru datang dari Pulau Jawa berkunjung ke daerah-daerah pariwisata di Bengkulu seperti Pantai panjang, Danau dendam, Tapak paderi dan lain sebagainya, dia merasa benar-benar takjub melihat pemandangan alam Bengkulu ini yang masih begitu asri dan menentramkan dan mempunyai ciri khas sendiri yang berbeda dari tempat-tempat sejenisnya di tanah air.

Cuma ada satu hal yang membuat rekan saya mengeluh. Menurutnya banyak sekali objek wisata yang ada di provinsi ini belum dikelola secara maksimal sehingga berimbas kepada jumlah pengunjung yang datang. Sebagai contoh, apabila pantai panjang dibandingkan dengan pantai kutanya Bali sebenarnya Pantai Panjang memiliki kelebihan tersendiri. Pantai panjang memiliki panjang pantai yang benar-benar panjang, karakteristik pasirnya yang masih alami dan kelandaian pantai yang cocok untuk tempat berjemur atau tanning yang biasa dilakukan oleh orang-orang kulit putih, namun sayang di balik keidahan pantainya yang begitu menawan menyimpan banyak sekali kelemahan seperti pada sebagian wilayah pantai terdapat begitu banyaknya sampah dan bahkan kotoran yang membuat pantai ini tampak tak terawat. Disamping itu belum tersedianya sarana rekreasi tambahan lainnya misanya speed boat atau lainnya. Hal ini diperparah oleh sarana transportasi umum yang memang jarang sekali melalui rute pantai, seharusnya sepanjang pantai sarana transportasi umum diperbolehkan mengangkut dan menaikkan penumpang sehinga masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi dapat dengan leluasa mengunjungi pantai ini. Coba bayangkan apabila semua ini bisa diperbaiki, sudah barang tentu peningkatan jumlah pengunjung baik pengunjung tempatan/lokal maupun pengunjung dari luar daerah dan bahkan mancanegara bisa lebih banyak berkunjung dan akibatnya PAD dari sektor ini pun bisa meningkat. Memang kondisi Pantai Panjang sekarang ini lebih baik dibandingkan keadaan 5 tahun yang lalu sebab banyak hal yang telah dilakukan pemerintah seperti membebaskan tiket masuk Pantai Panjang, memperluas jalan arteri sepanjang pinggiran pantai sehingga pengunjung dapat dengan nyaman berkendara sambil melihat indahnya tepi pantai, membenahi tepi Pantai dengan beton-beton yang membuat pengunjung dapat dengan nyaman duduk-duduk sambil melihat pemandangan pantai dan menunggu datangnya sun set ketika senja hari. Hal ini sudah barang tentu berkat kesadaran semua pihak untuk memperbaiki kondisi tempat wisata daerah ini.

Sebenarnya selain pantai panjang yang ingin aku kritisi juga adalah tempat wisata Danau Dendam Tak Sudah (menurut rekan saya dari namanya saja sudah membuat orang tertarik untuk berkunjung karena namanya benar-benar unik. Dan memang nama-nama tempat di Bengkulu ini banyak sekali yang unik dan membuat orang yang pertama kali berkunjung keheran-heranan sebut saja Pintu Batu, Pagar Dewa, Tanah Patah, Air Sebakul, Sungai Hitam, Sukamerindu dan lain-lain coba bayangkan bagi anda yang belum pernah menginjakkan kaki di bumi Raflesia ini). Bicara mengenai danau ini tentu saja bicara mengenai keindahan alamnya. Danau Dendam ini apabila dikelola dengan baik sudah pasti akan banyak mendatangkan PAD bagi daerah. Kenapa aku bilang belum dikelola dengan baik? Alasannya simple saja, coba ketika kita berkunjung ke danau ini alangkah banyak sampah yang orang buang ke danau ini, dan di sebagian pinggiran danau begitu banyaknya rerumputan liar yang tumbuh menutupi indahnya danau. Jumlah pengunjung yang sedikit sebenarnya juga diakibatkan oleh rute kendaraan umum yang melayani masyarakat ke wilayah ini juga sangat sedikit dan mayoritas kendaraan umum yang lewat pun hanyalah kendaraan antar kabupaten dan propinsi seperti yang ke curup , ke kepahyang dan ke luar provinsi jadi masayarkat lokal yang tempat tinggalnya agak jauh dan tak mempunyai kendaraan pribadi agak malas mengunjung tempat wisata ini meskipun tempat ini benar-benar menawan untuk kita dapat bersantai dengan keluarga atau sahabat sehingg otomatis pengunjung yang datang adalah orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi dan atau orang yang tinggalnya dekat dengan daerah ini saja, selain itu fasilitas rekreasi yang minim juga membuat orang belum begitu tertarik dengan tempat wisata ini, seperti apa contohnya? Saya menyarankan untuk Danau Dendam ini kalau ingin banyak pengunjung buatlah semacam arena untuk perahu-perahuan, angsa-angsa yang menggunakan kayuh yang dapat dikayuh berdua atau sendirian atau kalau memungkinkan speed boat. Dan tentu saja pengunjung dengan rela antri untuk mendapatkan selembar tiket untuk menikmati fasilitas ini seperti halnya yang telah ada di tepi pantai Tapak Paderi dewasa ini yakni dengan hadirnya angsa-angsaan itu. Apakah ini semua tidak terpikirkan oleh yang berwenang? Apakah tidak ada pengusaha yang mau berinvestasi di sini? Apakah Tempat seperti Danau Dendam tidak dapat dijual untuk pariwisata? Apakah Jalur transportasi yang menuju tempat-tempat pariwisata macam pantai panjang tidak dapat ditata sedemikian rupa? Jawabannya ada pada kita sendiri. Tanya Kenapa?

Sebenarnya dua tempat wisata yang kutulis di sini hanyalah sebagian kecil saja dari sekian banyak tempat wisata yang dapat dijual oleh Kota Bengkulu pada khususnya dan provinsi Bengkulu pada umumnya yang masih belum mendapatkan sentuhan teknologi.

Aku sebagai warga kota Bengkulu meskipun tidak lahir di sini tapi sangat mencintai kota ini, ingin sekali rasanya dapat berperan untuk memajukan kota ini menjadi dapat sejajar dengan kota lain di Indonesia, namun aku tak dapat berbuat apa-apa yang siginifikan Karena ku hanya seorang anggota masyarakat yang tak punya kekuatan dan kewenangan yang ku miliki hanyalah sebuah idealisme dan gagasan yang entah siapa yang dapat mengejawantahkannya.

Baca selengkapnya....

Menjadi yang Pertama

oleh: Herman

Kemarin, saya melihat petunjuk waktu lampu lalu lintas di perempatan Taman Mini Indonesia Indah, pertigaan jalan Raya Bogor dari arah Taman Mini, dan di perempatan Cawang dekat kampus UKI. Mungkin karena baru dipasang, di perempatan Taman Mini ternyata petunjuk waktu yang seharusnya menyala dan memperlihatkan satuan detik yang terhitung mundur untuk penanda lampu hijau dan lampu merah menyala, hari ini hanya terlihat garis lurus berjajar sebanyak 3 garis (menunjukkan angka 3 digit). Kalau lampu menyala berwarna merah, yang telihat hanya tiga garis berwarna merah. Begitu pun dengan lampu yang berwarna hijau.

Di kota Bengkulu, penunjuk waktu itu telah lebih dulu ada. Meski menurut saya, jalanan Jakarta yang begitu ramai dan selalu macet lebih membutuhkan penunjuk waktu digital itu. Bukan berarti di Bengkulu tidak perlu ada alat itu, namun kelihatannya Bengkulu selalu ingin nomor satu dalam ketertiban lalu lintas. Sekitar tahun 1996, semua pengendara sepeda motor di Bengkulu telah diwajibkan mengenakan helm standar. Tentu saja helm standar ini untuk perlindungan pengendara sendiri ketika mengalami kecelakaan. Kalau tidak salah ingat, karena termasuk daerah pertama dalam penerapan aturan tersebut, Bengkulu mendapat penghargaan sebagai kota tertib lalu lintas.

Di bidang kependudukan, Bengkulu juga termasuk Kota pertama yang menerapkan penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) nasional. KTP berwarna biru mudan dan mirip kartu ATM itu telah diberikan kepada penduduk sekitar tahun 1996 pula. Saat akan merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi perguruan tinggi pada tahun 1997, saya sudah memiliki KTP Nasional. Di Yogyakarta, teman-teman saya dari Yogya maupun yang berasal dari kota-kota lain merasa heran melihat saya memiliki KTP yang dari penampilan saja sudah "keren". Sayangnya, KTP itu pun tidak berlaku untuk mengurus administrasi di pemerintahan DI. Yogyakarta. Tetap saja saya harus mengurus surat keterangan kependudukan dari Ketua RT tempat saya tinggal.

Sejujurnya, saya suka melihat Bengkulu menjadi kota pertama dalam menerapkan sesuatu yang baru, yang positif tentu saja, dan juga secara teknologi "canggih", complicated, atau apalah namanya. Sekarang, saya menunggu saat Bengkulu menjadi kota pertama dalam membersihkan instansi-instansi pemerintah dari praktik korupsi, terutama di kantor-kantor yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Misalnya, mengurus kartu pencari kerja tidak perlu lagi "dipalak" oleh pegawai Disnakertrans, mengurus KTP di kecamatan tidak dimintai uang minimal 25 ribu rupiah saat mengurus KTP, atau mengurus Akte Kelahiran tidak dipaksa untuk membayar uang yang (bagi masyarakat kurang mampu) jumlahnya terhitung besar untuk sekedar mendapatkan surat keterangan. Pegawai-pegawai pemerintah itu telah dibayar dengan menggunakan uang negara untuk melayani masyarakat. Uang negara itu, salah satu sumbernya, berasal dari pungutan pajak dari masyarakat juga. Kalaupun masyarakat diwajibkan membayar sejumlah tertentu sebagai biaya administrasi, akan lebih baik dibuatkan satu surat keterangan resmi dari instansi terkait agar terlihat ada semangat transparansi dalam menjalankan pemerintahan. Juga, tentu saja uang "pungutan resmi" itu tidak boleh memberatkan, dapat dijangkau oleh masyarakat lapis ekonomi paling bawah yang justru paling membutuhkan layanan maksimal dari keberadaan Pemerintah.

Kelak, kalau Bengkulu telah berhasil mewujudkan layanan bagi masyarakat umum secara bersih, tentu penghargaan sebagai kota Teladan itu tidak hanya dari Pemerintah Pusat. Penghargaan itu akan datang sendiri dari masyarakat, baik sebagai pihak yang merasakan langsung manfaatnya, maupun sebagai warga yang memang selayaknya bangga pada Pemerintah mereka.

Baca selengkapnya....

Bengkulu.....? ya gempa. Gempa ya...... Bengkulu

oleh: Sev Pascal

Hehe......judul postingan di atas agak sedikit memvonis memang, tapi tak apa lah orang aku cuma mau cerita sedikit mengenai gempa khususnya yang terjadi di Bengkulu ni.

Terkadang aku heran kenapa Tuhan membiarkan Bengkulu pada jalur gempa, tapi itulah faktanya. Di bengkulu ini kata gempa bukan lagi hal yang aneh karena memang Bengkulu ini sering dan terbiasa diguncang gempa. Dulu waktu tahun 2000 ketika itu pada malam hari sekitar pukul 23 lewat, Bengkulu berguncang dengan dahsyatnya, banyak sekali bangunan yang rontok, rumah dan gedung-gedung roboh, jalan-jalan banyak yang retak dan ketika itu Bengkulu lumpuh. Setelah gempa 2000 entah barapa ratus kali bumi Raflesia ni di guncang gempa namun intensitasnya tidak besar, tapi........pada tahun 2007 kembali gempa ganas mengguncang Bengkulu, Masya Allah bengkulu porak poranda terutama di wilayah Bengkulu Utara dan Muko-Muko. Banyak perumahan dan gedung-gedung yang hancur serta rata dengan tanah.

Aku cuma sedikit mengingatkan , sehubungan Bengkulu ni rawan gempa jadi kita harus selalu waspada terhadap musibah ini dan jangan terpancing isyu yang menyesatkan, jika masyarakat panik bahaya akibatnya, perekonomian dan aktifitas masyarakatpun bisa ikut lumpuh.... seperti isyu terakhir yang menyebutkan bahwa pada tanggal 23 Desember 2007 diramalkan akan terjadi gempa yang lebih dahsyat dari gempa tahun 2000.

Sebenarnya siapa si yang tahu dengan pasti? Siapa yang dapat meramalkan dengan yakin? Kenapa harus tangal 23 Desember, kenapa tidak tanggal 25 saja misalnya? Sebagai perbandingan, banyak negara maju seperti Amerika pernah dilanda gempa yang dahsyat dan Jepang yang sudah kita ketahui teknologinya yang sudah tergolong sangat modern begitu seringnya dilanda gempa yang memporak-porandakan bangunan dan fasilitas yang telah dibangun dan juga berapa banyak korban jiwa yang melayang akibat korban gempa di Jepang sana.

Sekarang aku mau tanya apakah di sana tidak punya alat pendeteksi gempa? Apakah mereka tidak punya professor paling botak yang dapat memperkirakan gempa? Kenapa disana masih juga terdapat korban jiwa yang tidak sedikit?

Sebenarnya intinya berpulang kepada kita dalam menaggapi isyu tersebut. Dan menurut hemat aku sebaiknya kita dapat menyikapinya dengan sikap yang bijak, tidak terbawa arus tetapi harus tetap selalu waspada.

Baca selengkapnya....

Bahasa Bengkulu campur-campur

oleh: Herman

Kalau diperhatikan, sebenarnya propinsi Bengkulu memiliki bahasa daerah yang banyak. Itulah sebabnya, menurut guru Antropologi saya waktu di SMUN 5 dulu, Pemerintah Daerah tidak menetapkan satu bahasa daerah ini yang menjadi muatan lokal pelajaran “Bahasa Daerah” di sekolah.

Kalau teman saya dari Bekasi, Bandung, atau Garut bisa mendapatkan pelajaran bahasa Sunda sebagai satu mata pelajaran wajib bermuatan lokal waktu masa-masa sekolah dulu, tidak demikian yang saya alami di Bengkulu. Mau belajar bahasa daerah yang mana kalau nyaris di setiap kecamatan memiliki bahasanya sendiri-sendiri.

Saya, karena berasal daerah paling ujung selatan Propinsi Bengkulu, kemudian hidup berpindah-pindah di seputar Bengkulu Selatan hingga Kota Bengkulu, memahami beberapa bahasa yang ada. Emak berasal dari Alas (sekarang Kabupaten Talo) dan Bapak dari Kaur. Saya lahir di Kaur. Dari kedua orang tua saya itu, saya bisa memahami bahasa Alas dan bahasa Kaur.

Selain bahasa Kaur dan bahasa Alas, meski kurang lancar, saya bisa berbahasa Padang Guci, Kedurang, Manna, Tais, Bahasa Tanjung Agung dan Sekitarnya, bahasa Bengkulu Kota yang hampir sama dengan bahasa Palembang-Sumatera Selatan itu, serta Bahasa Bengkulu Pantai. Masih ada beberapa bahasa yang sama sekali saya tidak mampu memahami, karena saya memang belum pernah tinggal di daerah itu, yakni bahasa Kepahyang dan bahasa Bengkulu Utara. Bayangkan, bahasa mana yang mau diajarkan kepada anak-anak sekolahan di Bengkulu?

Sewaktu masih di Yoyga, sesekali saya menjenguk saudara sepupu yang nyantri di Mu’allimat Muhammadiyah. Ada dua orang, Betty dan Icha. Kedua adik saya ini memiliki bahasa yang berbeda. Mereka berdua saudara sepupu. Icha yang tinggal di Kota Bengkulu jelas terbiasa menggunakan bahasa Bengkulu Kota. Juga memahami bahasa Alas dimana kedua orang tuanya berasal. Betty berasal dari Seginim, daerah di bagian selatan Propinsi. Uniknya, Betty tidak bisa berbahasa Bengkulu Kota dan berbahasa Alas. Ia hanya mampu berbahasa Seginim dan bahasa Indonesia seperti yang dia dapatkan di sekolah. Icha dan Betty berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Kalau berbicara dengan Icha saya menggunakan bahasa Bengkulu Kota sembari sesekali diselingi bahasa Alas. Dengan Betty saya terpaksa berbicara dalam bahasa Indonesia dan menggunakan beberapa kosa kata bahasa Seginim.

Nyaris setiap kecamatan memiliki bahasa yang berbeda. Kalau satu kecamatan dengan kecamatan di sebelahnya mungkin masih bisa mengerti bahasan masing-masing. Namun jika letak satu kecamatan dengan kecamatan lain sudah diselingi oleh dua kecamatan atau lebih, penduduknya kadang saling tidak memahami bahasa satu dengan lainnya. Satu contoh dalam perbedaan bahasa ini adalah untuk kata “tidak” dalam bahasa Indonesia, bisa berarti de (Kaur), dide (Padang Guci dan Seginim), nido (Alas), ido (Tais), idak (Kota), col (Tanjung Agung), atau coa (Kapahyang).

Keragaman bahasa ada di masyarakat merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Sebagai sebuah hasil proses budaya yang berjalan ratusan hingga ribuan tahun, maka bahasa-bahasa daerah ini harus kita lestarikan. Dalam satu artikel yang pernah saya baca di majalah new internationalist, disebutkan bahwa setiap harinya ada 2 bahasa masyarakat di bumi ini punah melalui proses globalisasi yang berlangsung. Anak-anak muda lebih sering belajar menggunakan bahasa asing atau bahasa yang lebih global untuk berkomunikasi sembari melupakan bagaimana berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan oleh kakek-neneknya.

Kakek dan nenek kami dulu sangat sedih kalau kami, cucu-cucunya, tidak bisa berbahasa daerah sebagaimana yang mereka pakai sehari-hari. Sekarang saya memaklumi mengapa demikian. Kalau tidak terbiasa menggunakan, maka bahasa moyang kita dahulu lambat laun tentu akan hilang. Dalam hal ini saya berpendapat, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris itu penting, namun kita juga harus membiasakan berbahasa daerah di mana kita dilahirkan. Begitulah salah satu cara untuk melestarikan budaya.

Saya menulis ini dalam bahasa Indonesia, terus terang, karena saya kebingungan akan menggunakan bahasa Bengkulu yang mana yang terasa enak dibaca. Bahasa Bengkulu saya terasa campur-campur: Alas, kaur, kota dan lainnya. Tetapi, kalau diantara Anda mengajak saya berbahasa Bengkulu yang mana saja, Insya Allah masih pacak, masih bisa, ndang khawatir sanak.

Baca selengkapnya....

Nama Daerah yang Aneh

oleh: Herman

Di Bengkulu, ada beberapa nama daerah, baik nama kecamatan, desa maupun kelurahan yang aneh. Dianggap aneh karena kalau diasosikan dengan "yang lain" memang "sungguh tidak nyambung". Beberapa keanehan ini pernah dimuat di kolom sungguh-sungguh terjadi koran Kedaulatan Rakyat akhir tahun 2000 lalu. Berikut ini nama-nama daerah yang aneh itu:

  1. Air Sebakul (air sumur melimpah, tidak sampai hanya tinggal satu bakul atau besek dalam bahasa Jawa)
  2. Kebun Keling (tidak sekumpulan orang kulit hitam di daerah ini, yang ada kulit agak gelap karena suka main ke daerah pantai yang tidak jauh dari sini)
  3. Kebun Ros (tidak ada kebun bunga mawar secara khusus di sini)
  4. Sukamerindu (mungkin dulu orang-orang yang tinggal di daerah ini merindukan sesuatu secara beramai ramai)
  5. Pondok Kubang (entahlah, mungkin dulunya ada kubangan luas untuk kerbau-kerbau petani di daerah ini)
  6. Sumur meleleh (nah, apa ya sekarang masih ada sumur tidak bisa menampung air sampai melimpah dan tumpah)
  7. Padang Guci (tidak ada kumpulan Guci atau pembuat Guci di daerah situ)
  8. Tengah Padang (entahlah, padang apa?)
  9. Sawah Lebar (dulunya, di sebelah timur Kelurahan ini ada daerah persawahan. Sekarang sudah jadi pemukiman)
  10. Pengantungan (siapa ya yang pernah tergantung di kelurahan ini?)
  11. Padang Jati (sungguh, di sini hanya ada pemukiman yang mulai padat, dan tidak ada sejarah hutan jati di kelurahan ini)
  12. Pagar dewa (he he he, Dewa yang mana ya yang mau bikin pagar seluas Desa Pagar Dewa?)
  13. Pondok Besi (mungkin gara2 dekek benteng…)
  14. Pintu Batu (gapuranyo dari batu mungkin)
  15. Kebun Tebeng (kalu iko ado kebun di tebing...)
  16. Padang Dedok (nah kalu iko ambo idak tau napo namonyo cak iko yang pasti daerah rumahnyo miko)
  17. Kuala Lempuing (hayo... siapa yang tahu daerah ini?)
  18. Nakau (apa hubungannya dengan hutan bakau ya? Tapi daerah ini kan jauh dari pesisir pantai?)
  19. Semarang (tidak perlu jauh-jauh ke Jawa Tengah untuk mengunjunginya, meski penduduk asli sama sekali bukan keturunan dari Jawa)
  20. Surabaya (desa ini bersebelahan dengan desa Semarang. Kedua desa tersebut memiliki bahasa daerah yang sama, juga bukan keturunan dari pulau Jawa).

Terima kasih untuk Henky Moriska dan teman-teman lain di milis Alumni SMUNLI 97 Bengkulu yang sudah menambah daftar yang ada sehingga mencapai jumlah di atas.

Anda pernah tahu ada nama desa, dusun, atau kecamatan yang aneh seperti di atas yang terdapat di Bengkulu? Silahkan tambahi ya.

Baca selengkapnya....

Penunjuk Waktu di Simpang Limo

oleh: Herman


Setiap lampu lalu lintas (traffic light) di Simpang Limo kota Bengkulu saat ini dipasangi penunjuk waktu. Bentuknya seperti digital watch, dan dipasang persis di sebelah lampu lalu lintas itu sendiri (klik foto untuk melihat tampilan penuh). Penunjuk waktu ini secara pasti memberitahu para pengendara kapan ia harus berhenti karena lampu merah menyala, juga kapan ia harus menjalankan kendaraannya karena yang menyala telah berganti lampu hijau.

Jika berada di Simpang Limo, kendaraan Anda berhenti karena lampu merah, Anda tinggal melihat ke penunjuk waktu: 156, 155, ..., 0. Setelah terlihat angka 0, itu artinya kendaraan sudah bisa melaju kembali. Demikian juga dengan lampu hijau: 30, 29, ..., 0.

Dari arah jalan Suprapto--yang merupakan jalan protokol--lampu merah menyala selama 156 detik, dan lampu hijau menyala 30 detik. Ternyata di lima jalan yang bertemu di simpang limo itu lampu merah dan hijau tidak sama lama menyalanya. Dari arah jalan Supratman, kalau tidak salah ingat, lampu merah hanya menyala selama 154 detik. Mungkin perbedaan ini didasarkan pada tingkat kepadatan kendaraan yang datang menuju Simpang Limo. Jalan Suprapto dan jalan Supratman lebih banyak kendaraan yang lewat. Bisa jadi dari ruas jalan ini lampu hijau menyala lebih lama dari pada dari araha jalan Fatmawati, Basuki Rahmat, dan jalan Soekarno-Hatta.

Penunjuk waktu ini, untuk mereka yang biasa berdisiplin dalam lalu lintas, cukup membantu. Kita bisa memperkirakan kapan akan menjalankan kendaraan, dan dalam jeda itu kita bisa melakukan hal-hal kecil seperti mengecek apakah ada barang yang tertinggal di rumah yang harusnya sudah masuk di dalam ransel di punggung kita.

Foto di atas diambil dari arah jalan Soekarno-Hatta pada tanggal 23 Oktober 2007.

Baca selengkapnya....

Simpang Limo

oleh: Herman

Simpang Limo terdapat di tengah-tengah kota Bengkulu, ibukota Propinsi Bengkulu. Siapapun yang pernah tinggal di Bengkulu atau hanya sekedar mampir berkunjung ke Bengkulu, biasanya mengenal atau setidaknya pernah mendengar Simpang Limo ini. Pertama, jalan bernama jalan Suprapto. Sepanjang jalan ini merupakan pusat pertokoan, pusat ekonomi, sehingga layak disebut sebagai pusat kota Bengkulu itu sendiri.

Kedua, jalan Basuki Rahmad. Di ruasa jalan ini terdapat kantor Walikota dan Bank Pembangundan Daerah, DPRD Kota Bengkulu, serta beberapa kantor pemerintah lainnya.

Ketiga, jalan Soekarno-Hatta. Jalan ini mengabadikan sebuah rumah tempat tinggal Presiden Indonesia pertama, Soekarno, ketika Belanda membuangnya ke daerah ini pada masa penjajahan dulu. Sejak awal tahun 2000-an ini, ruas jalan Soekarno-Hatta dikembangkan sebagai pusat oleh-oleh khas Bengkulu. Kalau Anda ingin mencari oleh-oleh seperti makanan, kerajinan tangan, atau batik basurek khas Bengkulu, di sinilah tempatnya.

Keempat, Jalan Fatmawati. Jalan ini menuju Pantai Panjang, sebuah obyek wisata alam yang indah di Bengkulu. Hanya beberapa ratus meter dari Simpang Limo ini, terletak rumah Fatmawati, Ibu negara Indonesia, yang menikah dengan Presiden Soekarno ketika berada di Bengkulu. Rumah Fatmawati yang telah dipugar itu merupakan salah satu tempat kunjungan bagi wisatawan yang senang pada peninggalan sejarah, selain tentu saja rumah tempat tinggal Soekarno di jalan Soekarno-Hatta.

Kelima, jalan S. Parman. Jalan ini merupakan jalan utama menuju arah selatan Bengkulu. Di ruas jalan ini banyak terdapat kantor pemerintah seperti Kantor Pendidikan Nasional, RRI, Bank Mandiri, Bank BNI, dan beberapa lainnya.

Weblog ini mengambil nama Simpang Limo untuk lebih mengingatkan pembaca pada Kota Bengkulu. Harapannya, dari weblog ini Anda bisa mengenal Bengkulu, meski belum pernah mengunjunginya.

Baca selengkapnya....

Te'iak

oleh: Herman dan Amrul Hamidi

Masyarakat Kaur Tengah dan Kaur Selatan hampir 100 persennya beragama Islam. Orang-orang berpuasa di bulan suci Ramadhan sebagai pemenuhan rukun Islam yang ke-tiga. Pada bulan ini, ada satu tradisi yang berlangsung sejak nenek moyang orang Kaur menganut Islam. Namanya "Te'iak".

Dalam kosa kata bahasa Kaur bagian tengah dan Selatan tidak terdapat pengucapan huruf "R" sebagaimana orang Batak yang bisa mengucapkan dengan jelas. Yang ada adalah huruf 'ain dalam bahasa Arab, yakni huruf ke 18 dalam susunan huruf Hijaiyah. Jadi kata Te'iak tidaklah dilafazkan "Teriak" seperti dalam bahasa Indonesia. Meski secara harfiah keduanya memiliki arti yang sama, namun "te'iak" merupakan satu kata untuk menyebut tradisi yang hanya berlangsung di bulan puasa.

Te'iak adalah tradisi membangunkan orang-orang di dusun, yang bertujuan (semacam) meminta penduduk untuk segera bangun dan memasak keperluan makan sahur. Te'iak ini berlangsung dari pukul 02.00 - 03.00 WIB. Dengan memasak pada waktu-waktu itu, maka ketika masakan itu matang, seluruh penghuni rumah yang akan berpuasa bisa menikmatai makanan yang masih dalam kondisi hangat dan enak untuk dinikmati. Itulah kenapa membangunkan masyarakat harus di waktu-waktu itu. Perhitungan memasak makanan hingga menjadi matang sekitar satu jam, sehingga saat bersantap sahur tepat di akhir waktu atau sebelum imsyak (batas untuk menyelesaikan sahur, kira-kira 10 menit sebelum Adzan Subuh). Dalam ajaran Islam, sahur dianjurkan berlangsung menjelang atau mendekati subuh.

Te'iak dilakukan oleh pemuda-pemuda di dusun, yang semuanya belum beristri atau berkeluarga. Para pemuda tidak tidur di rumah orang mereka pada bulan Ramadhan, tetapi berkumpul dan tidur di Masjid atau Surau (musholla). Sekitar pukul 02.00 WIB mereka bangun untuk mempersiapkan prosesi Te'iak. Sebenarnya, peralatan yang digunakan adalah gendang (seperti rebana namun dengan ukuran yang lebih besar), yang terdiri gendang yang besar dengan diameter sekitar setengah meter dan rebana kecil dengan diameter sekitar 25 cm. Rebana inilah yang ditabuh dengan irama tertentu yang diiringi oleh Hadra (semacam barzanji), yakni puji-pujian yang menagungkan Sang Maha Kuasa serta Shalawatan kepada baginda Rasullullah SAW. Kira-kira tahun 1980-an awal, peralatan ditambah dengan pelatan yang juga menghasilkan bebunyian seperti kelintang (semacam bonang pada peralatan gamelan Jawa) baik yang bentuknya batangan maupun bulat (seperti gong tapi ukuran yang kecil), serta kentungan dan besi.

Ada tiga tahapan Te'iak yakni melantunkan Hadra, lalu dilanjutkan dengan Nu'un Lagu atau beralih lagu dan diakhiri dengan dengan pantun yang balas berbalas, yang semuanya diiringi oleh gendang dan peralatan lainnya dengan irama tertentu yang khas. Dimulai dari Masjid atau surau, lalu rombongan Te'iak berjalan beriringan ke satu ujung dusun ke ujung dusun yang lain dengan tujuan membangunkan penduduk. Irama Te'iak melantun ke seluruh dusun yang dilalui. setelah sekitar satu jam membangunkan penduduk, maka rombongan Te'iak akan kembali lagi ke masjid atau surau.

Te'iak ini hanya berlangsung sampai pukul 03.00 WIB, tidak boleh melebihi waktu itu. Jika ada Te'iak yang melampaui waktu itu, maka penduduk akan menjadi marah, sebab para pemuda yang Te'iak berarti terlambat membangunkan orang-orang untuk menyiapkan santapan makan sahur.

Saat ini, Te'iak masih berlangsung. Namun, jumlah pemuda yang melaksakannya mulai berkurang. Banyak pemuda sudah merantau mencari nafkah di luar kaur sehingga yang tersisa hanya sedikit. Supaya tetap berlangsung dengan baik, anak-anak yang masih duduk di bangku SLTA dilibatkan dalam melakukan Te'iak. Ketika keliling dusun, masih ada tambahan anak-anak yang keluar dari rumahnya untuk mengikuti rombongan Te'iak yang saat itu sedang melewati rumahnya. Biasanya anak-anak ini adalah anak-anak yang sejak kecil jarang melihat Te'iak karena kebetulan orang tua mereka sendiri merantau bersama keluarga di luar Kaur, dan mudik ke Kaur menjelang hari raya Idul Fitri.

Kaur Selatan dan Kaur Utara terletak di daerah yang dekat dengan laut. Adat istiadat atau praktik budaya serta bahasa daerah adalah sama. Kalau pun ada perbedaan dari segi bahasa, hanya terletak dalam pengucapan suku kata untuk beberapa kosa kata saja. Kaur Tengah memiliki pusat pemerintahan kecamatan yang terletak di Tanjung Iman, serta Kaur Selatan sendiri berpusat di Bintuhan. Biasanya, orang Kaur Tengah dan Kaur Selatan mengenalkan diri kepada orang luar sebagai orang Bintuhan. Mungkin karena pusat aktifitas ekonomi dan pemerintahan sejak zaman dulu memang terletak di sana, sehingga nama Bintuhan lebih dikenal oleh khalayak di luar Kaur. Kedua Kecamatan ini memiliki perbedaan bahasa daerah dengan masyarakat yang berada di Kecamatan Kaur Utara, yang lebih dikenal dengan Padang Guci. Kaur Tengah, Kaur Selatan dan Kaur Utara sebelumnya adalah bagian dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Sejak tahun 2005 lalu, Ketiga Kecamatan itu bergabung menjadi satu kabupaten dengan nama Kabupaten Kaur. Dari Ibukota Propinsi Bengkulu jaraknya hampir 200 kilometer ke arah selatan. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Lampung di sebelah Selatannya.

Te'iak adalah salah satu tradisi yang ada di daerah Kaur Tengah dan Kaur Selatan yang perlu dilestarikan. Ia adalah kekayaan budaya masyarakat yang bisa jadi akan punah, sebagaimana generasi-generasi terdahulu menyesali anak keturunannya yang sudah tidak lagi bisa berbahasa daerah seperti mereka. Gempuran budaya luar yang masuk melalui proses globalisasi merupakan ancaman yang harus diwaspadai, sebab proses penghilangan budaya itu berlangsung secara perlahan-lahan, seperti proses evolusi yang alamiah saja.

Baca selengkapnya....

Asal Mula Air Langkap

oleh: Herman

Sebuah desa, dulu di kecamatan Kaur Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan. Desa ini secara administratif bernama Desa Sukarami. Di sini terkenal sebagai dusun Air Langkap. Membacanya begini: Aya' Langkap. Tanda baca ( ' ) sebagai pengganti huruf R dalam bahasa Indonesia. Membacanya seperti membaca huruf 'ain dalam bahasa Arab, yakni huruf ke 18 dalam susunan huruf Hijaiyah. Penduduk setempat tidak bisa menyebut huruf R seperti orang batak menyebutnya.

Dusun Air Langkap dekat dengan laut. Di pinggir laut ini ada bagian air laut yang menjorok ke daratan seperti teluk. Nah, daerah pinggir pantai yang banyak pohon kelapanya ini, air laut yang menjorok seperti teluk tersebut memiliki panjang sekitar 100-an meter dan lebar yang cukup membuatnya tampak seperti sungai. Kalau airnya sedang penuh, kedalamannya sekitar sepinggang orang dewasa. Airnya asin, karena memang ia bagian dari laut. Kalau air laut sedang pasang naik, maka ia terlihat sekali menyatu dengan laut lepas, sebab karang-karang tajam di pinggir pantai sudah tidak tampak lagi.

Sepintas orang melihatnya seperti muara, yakni pertemuan aliran sungai dengan laut. Di dalamnya banyak terdapat ikan-ikan yang ukurannya tidak begitu besar, rata-rata seukuran jempol orang dewasa. Ada ikan Pelung yang warnya hitam dan kulitnya agak licin. Ada pula ikan Se'eni yang warnanya bening agak keabu-abuan. Ikan-ikan itu enak dimakan. Kalau malas memancing agak ke tengah laut karena karang-karang tajam atau laut yang sedang tinggi gelombangnya, orang-orang atau kebanyakan adalah anak-anak, akan memancing di situ. Mendapatkan ikan Pelung dan Ikan Se'eni beberapa genggam sudah cukup untuk lauk teman nasi untuk dimakan.

Pada zaman dulu, di air inilah seorang penduduk menemukan mayat yang telangkap atau telungkup, posisi badan menghadap ke bumi. Mayat itu mengapung di sana. Mungkin karena sebelumnya belum pernah terjadi, akhirnya tempat tersebut jadi terkenal. Akhirnya daerah ini disebut dusun Aya' Langkap. Maksudnya air di mana pernah ditemukan mayat mengapung di atasnya dalam posisi telangkap atau telungkup. Jadilah dusun ini terkenal dengan sebutan Aya' Langkap.

Penduduk setempat menyebut Air dengan Aya'. Sungai disebut Aya' Besak atau air besar. Air sumur disebut Aya' Sumu'.

Saya lahir di sini, di Aya' Langkap. Namun di surat keterangan kelahiran saya disebut desa Sukarami. Masa kanak-kanak hingga remaja saya habiskan di Kota Bengkulu, ibukota propinsi. Selama 7 tahun hidup di Yogyakarta, sudah hampir 3 tahun terakhir hidup di Jakarta, saya masih tetap merindukan desa tempat saya memulai kehidupan dunia pertama kali: Aya' Langkap.

Baca selengkapnya....

Pisang Ambon Curup

oleh: Herman

Saat masih kecil dan tinggal di Bengkulu, saya suka sekali makan Pisang Ambon Curup. Pisang Ambon ini berbeda dengan pisang Ambon lainnya, hingga ia dikenal sebagai pisang khas dari provinsi Bengkulu. Saya tidak tahu kenapa disebut pisang ambon. Entah ada hubungan ataukah tidak dengan Ambon, kota yang berada di pulau Maluku, daerah sebelah Timur Kawasan Nusantara. Pisang Ambon Curup, dari namanya, jelas berasal daerah Rejang Lebong, yang merupakan daerah dataran tinggi pegunungan Propinsi Bengkulu. Curup adalah nama kota Kabupaten Rejang.

Mukhtasar, seorang peneliti Pisang Ambon dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu mengatakan:


Pisang Ambon Curup rasanya manis, daging buahnya halus dan lunak, bentuk buahnya yang khas, dan bila dimakan teksturnya terasa kering. Pisang Ambon Curup merupakan jenis pisang Ambon yang hanya dijumpai di wilayah kabupaten Rejang Lebong, tersebar pada daerah-daerah dengan ketinggian 500-1500 m di ataspermukaan laut (dpl) (Mukhtasar, 2003).


Karena ciri yang diidentifikasi Mukhtasar itulah, maka pisang Ambon Curup berbeda dengan Pisang Ambon lainnya. Menurutnya lagi, sebenarnya ada 5 jenis pisang Ambon yang terdapat di provinsi Bengkulu, yakni pisang Ambon Badak, pisang Ambon Curup, pisang Ambon Jepang, pisang Ambon Hijau dan pisang Ambon Kuning (Mukhtasar, 1999). Secara fisik pisang Ambon Curup, pisang Ambon Hijau dan pisang Ambon Kuning memiliki postur yang lebih vigor dibandingkan pisang Ambon Badak dan pisang Ambon Jepang (Mukhtasar, 2003).

Akhir pekan lalu saya makan Pisang Ambon di dekat tempat tinggal saya di Gunung Puteri, Bogor. Saya teringat akan Pisang Ambon Curup. Namun, saya pikir pisang yang saya makan ini pastilah tidak berasal dari daerah Rejang Lebong, karena saya tahu di Bogor pun tanaman pisang banyak sekali budidayakan termasuk diantaranya adalah Pisang Ambon.

Lusi Lestari, seorang teman lama sewaktu sekolah di SMUN 5 (dulu SMAN 4) Bengkulu menjelaskan sedikit perihal Pisang Ambon ini. Rasa Pisang Ambon Curup dan Pisang Ambon yang belakangan saya makan itu pasti beda, katanya. Kalau Pisang Ambon Curup itu ditanam di Curup maka rasanya menjadi khas, sehingga ia disebut Pisang Ambon Curup. Rasanya akan berbeda kalau Pisang Ambon Curup itu ditanam di luar daerah Curup. Sama halnya dengan Keripik Sanjai yang terkenal itu, yang ubi kayu (singkong) sebagai bahan bakunya sudah pasti dari daerah Sanjai (Sumatera Barat). Kalau singkongnya bukan ditanam di daerah Sanjai, tentulah rasanya tidak akan seenak Keripik Sanjai yang asli. Demikian pula dengan Ubi Jalar Cilembu. Rasanya menjadi begitu terkenal karena Ubi Jalar ini ditanam di daerah Cilembu (Bogor, Jawa Barat).

Semula, saya mengira Pisang Ambon Curup begitu enak rasanya, dan hampir sama dengan yang saya makan di Bogor, karena keduanya berasal dari dataran tinggi. Menurut Lusi, rasa keduanya belum tentu sama meski berasal dari dataran tinggi. Jenis tanah dan kandungannya antara kedua daerah asal pisang ini berbeda, yang tentu saja berpengaruh pada rasa kedua pisang tersebut.

Saya yang awam dalam ilmu pertanian dan ilmu tanah tentu tidak memiliki pemahaman yang utuh untuk menjelaskan Pisang Ambon Curup dari sudut pandang kedua ilmu itu. Tapi saran Lusi cukup menarik, untuk bisa memastikan ada yang menyamai rasa Pisang Ambon Curup, maka pisang-pisang itu harus dicicipi samo-samo (bersamaaan). Saya pikir cara tersebut sangat logis bagi saya. Untuk penjelasan lebih ilmiah atau akademisnya, biarlah para ahli ilmu tanah atau ahli pertanian seperti Mukhtasar yang menjelaskan, yang tentunya dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh orang-orang di luar bidang mereka seperti saya ini.

Kalau Tuan dan Puan sedang singgah di Bengkulu, sempatkan mencicipi Pisang Ambon Curup. Saya yakin, rasanya yang khas di lidah tidak terdapat di daerah lain. Bila perlu, jadikan ia sebagai oleh-oleh dari bumi Bengkulu.

Baca selengkapnya....

Bila Presiden Kecewa

Oleh: Herman

Apa jadinya kalau Presiden memarahi bawahannya karena tidak beres melaksanakan tugas? Tentu saja bawahannya akan melaksanakan tugasnya dengan baik. Mudah-mudahan demikian.

Ini terjadi pada Gubernur Bengkulu saat kunjungan Presiden ke Bengkulu berkaitan dengan peristiwa gempa. Ketika menerima laporan dari Gubernur, Senin, 17 September 2007, Presiden menyatakan kekecewaannya. Saat itu, Gubernur melaporkan bahwa penanganan gempa menjadi terlambat karena satuan tugas, Camat, hingga Bupati ikut mengungsi.

Hal lain yang menurut saya cukup lucu, perhitungan mengenai kebutuhan para korban berupa tenda, kain sarung dan selimut yang menurut Presiden tidak sesuai dengan kebutuhan. Presiden mengatakan, jika dibandingkan dengan pengalaman penanganan korban gempa di Yogyakarta, Klaten, Pangandaran, Nabire, Nias, Aceh, dan Alor, jumlah yang disebutkan oleh Gubernur Bengkulu itu melebihi kebutuhan korban.

Saya jadi berpikir, mungkin ini adalah gambaran mental buruk birokrat kita: bekerja sangat lelet (bahasa Kaur: lilis) dan suka menaikkan anggaran yang dibutuhkan (mark up). Sungguh ini merupakan budaya yang susah hilang dan tetap melekat pada institusi birokrasi kita. Bekerja lelet tidak hanya terjadi pada saat bencana gempa saat ini. Juga tidak hanya terjadi di Bengkulu saja. Saat terjadi bencana gempa tahun lalu di Yogya dan Klaten, masyarakat juga mengeluhkan kinerja pemerintah yang lambat serta prosedur yang begitu panjang yang harus dilalui oleh korban untuk mendapatkan bantuan.

Sedih rasanya, buruknya kinerja birokrat tetap langgeng meski lengsernya Pemerintah Orde Baru 9 tahun lalu menjadi harapan titik berangkat pembenahan. Nyatanya, pembenahan kinerja itu tidak pernah membuahkan hasil yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Entahlah, barangkali saya yang terlalu muluk mengharapkan sesuatu yang berlebihan pada pemerintah daerah, sementara saya sendiri belakangan sering dibuat kesal oleh kinerja birokrasi di departemen-departeman pemerintahan pusat yang sama leletnya dalam bekerja, sama kebiasaan menaikkan anggaran, dan sama tidak pedulinya pada kebutuhan pelayanan yang baik bagi masyarakat.

Berikut ini adalah berita lengkap mengenai ungkapan kekecewaan Presiden Senin lalu. Sumbernya Koran Tempo, Selasa, 18 September 2007. Karena berita ini tidak ada dalam versi website, maka saya pindai langsung dari versi cetaknya.


Presiden Kecewa terhadap Kinerja Aparat Bengkulu

"Kalau tak mau ambil risiko, bukan pemimpin namanya."

BENGKULU - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kecewa terhadap kinerja sejumlah pejabat di Bengkulu yang ikut mengungsi saat gempa tanpa hirau nasib rakyatnya. "Saya tidak bisa menerima alasan, justru pada saat yang kritis pemimpinnya tidak menjalankan tugas kepemimpinan," kata Presiden di depan semua aparat pejabat lokal di Posko Satuan Koordinasi Pelaksana Provinsi Bengkulu kemarin.

Pernyataan itu disampaikan Presiden menanggapi penjelasan Gubernur Bengkulu Agusrin Maryono Najamudin, yang mengatakan penanganan korban gempa terlambat karena anggota satuan tugas, camat, hingga bupati ikut mengungsi. "Sehingga koordinasi di lapangan untuk membantu korban tak dilakukan," ujar Agusrin.

Presiden tampak menghela napas mendengar laporan itu. "Kalau pemimpinnya tidak ada, takut, tidak mengambil risiko, ya, itu bukan pemimpin," katanya. Presiden berulang kali menegaskan tidak bisa menerima alasan, karena pejabat mengungsi, penanganan bencana kurang baik. "Kalau masih ada kemungkinan gempa dan tsunami, saya tidak menyalahkan. Tapi tidak berarti tugas tidak dijalankan."

Beberapa kali Presiden menyela Agusrin yang tengah memaparkan penanganan bencana. Misalnya, ketika Agusrin menyampaikan kebutuhan 83 ribu helai kain sarung dan selimut. Yudhoyono menanyakan apakah harta benda warga ikut tertimpa bangunan.

"Kan bangunan yang roboh tidak banyak? Artinya, pakaian mereka yang ada di rumah masih bisa dipakai."

Agusrin mengangguk. "Siap, Pak. Akan kami lakukan."

Begitu juga saat Agusrin menyampaikan kebutuhan tenda plastik dan tenda regu tambahan 6.645 unit. "Tolong itu dihitung lagi oleh bupati dan camat," ujar Yudhoyono.

Presiden mengatakan, berdasarkan pengalaman menangani korban gempa di Yogyakarta, Klaten, Pangandaran, Nabire, Nias, Aceh, dan Alor, tidak sampai ada permintaan tenda sebanyak itu. "Ingin segera saya lihat di lapangan. Ini akan menjadi sulit kalau begini cara menghitungnya," kata Presiden.

Akibat gempa 7,9 skala Richter yang terjadi Rabu pekan lalu, Agusrin mengatakan Bengkulu mengalami kerugian Rp 3,5 triliun, dengan perincian bangunan pemerintah 400 unit Rp 2,4 triliun, rumah 27.882 unit Rp 576 miliar, dan fasilitas umum Rp 592 miliar.

Yudhoyono menginstruksikan Agusrin agar memastikan distribusi bantuan berjalan efektif. "Saya tidak senang ada warga yang membutuhkan tapi tidak mendapat bantuan," ucap Yudhoyono.

Setelah menyampaikan rasa kecewanya, Presiden langsung menuju ke Bandar Udara Fatmawati Soekarno untuk bertolak menuju Kabupaten Muko-muko dengan menggunakan helikopter. Yudhoyono menyatakan hendak melihat kinerja aparat di sana. "Kalau pemimpin tidak memimpin, hampir pasti (pendistribusian) tidak akan berhasil," katanya.

Kedatangan Presiden ke Bengkulu ini didampingi antara lain oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi. NININ DAMAYANTI (BENGKULU)

Baca selengkapnya....

Informasi Gempa di Bengkulu

Oleh: Herman

Gempa terjadi lagi di Bengkulu. Ini sama kuatnya dengan gempa yang terjadi pada Juni 2000 lalu. Rumah dan bangunan lainnya rusak, bahkan roboh rata dengan tanah. Ada banyak Korban luka-luka bahkan sampai meninggal dunia. Mereka kebanyakan berada dari daerah Bengkulu Utara dan sekitarnya yang lebih dekat dengan pusat gempa. Bahkan Sumatera Barat dan Jambi mengalami hal serupa. Getarannya pun sampai ke Jakarta.

Informasi mengenai gempa berkekuatan 7,9 SR pada 12 September lalu dan juga gempa-gempa susulannya sampai hari ini bisa Anda lihat di bawah. Silahkan klik.

Gempa Dahsyat Guncang Bengkulu 7,9 SR, 3 Tewas, Puluhan Luka-Luka
3 Wanita Melahirkan di Halaman RSMY 180 Pasien Berhamburan
Dua Pekan Masih Rawan Gempa Susulan
Masih Berpeluang Gempa Besar: Analisa BMG dan BPPT
Korban Gempa Belum Terima Bantuan
Infrastruktur Transportasi di Bengkulu Rusak
10 Meninggal, 23 Luka-Luka 59.85 Bunganan Rusak
Dikunjungi 4 Menteri, Bantuan Gempa Ngalir Menkokesra Minta 3 Hari RSMY Beres
Gempa Terbaru Bengkulu 5,9 SR
Korban Gempa Bengkulu Kesulitan Air di Pengungsian
Pengungsi Muko-Muko Keluhkan Sulit Dapat Ari Bersih
Bakornas Evaluasi Perlunya Bantuan Melalui Udara


Baca selengkapnya....

Situs Milik Pemda Bengkulu Selatan Nggak Up date

ditulis oleh : fetro

Teman - teman,
belum banyak informasi tentang Bengkulu atau Bengkulu selatan yang aku punya, maklum sekarang jarang pulang kampung. namun, untuk meramaikan Blog nggak pernah ada salahnya untuk memberikan informasi walaupun sedikit.

Untuk memberikan informasi suatu daerah, menurutku, pemda itu sendiri yang memiliki porsi tanggung jawab terbesar sebab pemda memiliki sumber daya, dana dan kepentingan khusus untuk menyebarluaskan info tentang daerahnya, siapa tahu ada investor yang tertarik.

Berawal dari pemikiran itulah aku coba ngeliat situs pemda bengkulu selatan (sorry teman-teman, lain waktu mungkin bisa diperluas scoope tulisannya ). Hasilnya mengecewakan (double klik untuk memperbesar gambar)!











Pusat informasi daerah Bengkulu Selatan sama sekali nggak bisa di buka! awalnya berharap situs ini dapat dibuka walau nggak update.


Searching lagi, ternyata ada juga informasi yang bisa didapat contoh situs milik kantor BPS Bengkulu Selatan.











Tapi beberapa tabel informasinya nggak muncul (buka pake IE), paling nggak situs ini masih hidup.
Malu dong Pemda Bengkulu Selatan. setahu saya selalu ada Sarjana dari ilmu komputer atau teknik informatika yang diterima tiap tahunnya jadi pegawai negeri. Manfaatkan ilmu mereka untuk memberikan info terbaik tentang daerah kita.

Baca selengkapnya....

Fort Marlborough

oleh: Herman


Fort Marlborough
atau Benteng Marlborough adalah bukti sejarah penjajahan Inggris di tanah Bengkulu pada abad ke-17. Saat itu orang Inggris menyebut daerah ini Bencoolen. Benteng yang terletak di bibir pantai Tapak Padri ini masih ada hingga sekarang. Namun, saat saya dan keluarga berkunjung ke sana pada Agustus 2006 lalu, kelihatan peninggalan sejarang satu ini kurang terawat. Rumput yang tinggi serta pohon di mulut gerbang dan tengah-tengah benteng yang tumbuh tanpa kontrol semakin menjadikan cagar budaya satu ini seperti tanpa pemilik. Foto di atas saya ambil dari website Indahnesia.


Update 29 Oktober 2007:

Benteng Marlborough sekarang sudah terlihat bersih dan semakin memiliki daya tarik bagi pengunjung. Rupanya, sejak 18 November 2006 lalu, bersama dengan tempat wisata lainnya di Bengkulu, telah menjadi sasaran program Revitalisasi Objek Wisata di Bengkulu. Hal ini disebutkan dalam sebuah batu prasasti yang berada di pintu bagian dalam benteng. Dari atas benteng terlihat pantai Tapak Padri yang semakin cantik yang juga salah satu sasaran revitalisasi tempat wisata.

Baca selengkapnya....

Gulai Rebung Asam Ikan Laut

oleh: Endah

Bosan dengan masakan rebung yang biasa, mungkin anda perlu mencoba resep masakan dari Kota Manna Bengkulu. Dijamin rasa pedas dan segarnya ikan laut membuat anda ketagihan... yummy!

Bahan-bahan :
Rebung Asam (rebung yang sudah rendam minimal 3 hari)
1/2 kg Ikan laut
6 siung bawang merah
2 butir bawang putih
cabe merah keriting yang sudah dihaluskan ½ sendok makan (atau sesuai selera)
jahe 1 ruas ibu jari
laos 2 ruas jari
kunyit 1/2 ruas jari
serai 1 batang memarkan
santan dari 1 butir kelapa
garam
penyedap rasa

Cara membuat :
1. Haluskan jahe, laos, kunyit, dan 2 siung bawang merah.
2. Masukkan bumbu halus, cabe, serai dan rebung campur jadi satu dan masak di api sedang.
3. Iris bawang merah dan putih kemudian masukkan beserta garam sesuai selera.
4. Setelah mendidih masukkan ikan yang sudah dibersihkan.
5. Kalau ikan sudah masak kecilkan api dan beri sedikit penyedap rasa bila suka.
6. Tunggu sampai santan sudah berminyak angkat dan sajikan.

Baca selengkapnya....

Memulai Simpanglimo

oleh: Herman

Mengajak teman-teman, handai taulan, dan mereka yang belum dikenal untuk bergabung menulis di blog simpanglimo bukanlah hal mudah. Semula, saya memiliki inisiatif untuk membuat sebuah blog yang isinya mengenai Bengkulu, tempat kelahiran saya. Saya mengujungi beberapa blog yang isinya menceritakan daerah tertentu. Asia Belogging Network, sebuah blog yang mencoba menjadi penghubung blogger se-Asia adalah salah satu contoh. Dia menyediakan informasi tentang--salah satunya--kota tertentu. Di blog itu ada bagian sebelah kanan yang judulnya My City Blog. Tersebutlah di sana Yogyakarta, Bandung, Palembang, Bekasi, Denpasar, dan lainnya. Menurut saya, ini adalah media informasi alternatif yang bisa dimanfaatkan oleh semua orang. Juga merupakan sebuah media komunitas yang bisa berkembang dengan baik, sebab masyarakat setempat atau masyarakat terlibat adalah sumber informasinya.

Sebagai seorang blogger asal Bengkulu, saya berusaha mengajak teman-teman untuk membuat blog yang isinya mengenai Bengkulu. Saya coba dengan meninggalkan pesan di koran harian "Rakyat Bengkulu" dan juga ke mailing list yang saya ikuti. Beberapa teman meneruskan isi imel ke teman-teman mereka.

Adalah Henny Trianingsih Chandra, salah satu yang membaca pesan tersebut di Rakyat Bengkulu Online, dan kemudian berkirim imel ke saya menyatakan ketertarikannya. Henny adalah salah seorang mahasiswa sebuah universitas di Jember, Jawa Timur yang berasal dari Rejang. Henny menjanjikan memberikan tulisan tentang Bengkulu, terutama mengenai Rejang Lebong, tempat kelahirannya. Bahkan Henny mau belajar Blogging untuk menjadi salah satu pengelola blog Simpang Limo ini kelak. Kesibukannya dalam penelitan di laboratorium serta persiapan untuk menyelesaikan studi membuat Henny belum bisa banyak mengurusi blog ini. Namun, di luar dugaan saya, Henny ternyata telah meminta tulisan informasi dan juga tentang adat istiadat Rejang kepada Pemda Kabupaten Rejang--salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu. Terus terang, saya sangat kagum dengan kejelian Henny dalam memanfaatkan saluran informasi berharga mengenai Bengkulu.

Saya berharap, kelak blog ini akan betul-betul bisa menjadi salah satu sumber informasi mengenai Bengkulu, entah merupakan informasi terkini secara umum, berita komunitas, pengalaman pribadi, atau apapun mengenai Bengkulu dan orang Bengkulu di Perantauan. Oh ya, bagi Anda yang tertarik untuk menyumbangkan tulisan atau ingin menjadi kontributor, silahkan mengirimkan imel ke: simpanglimo@gmail.com

Baca selengkapnya....
 

Mailing List Blogger Bengkulu

Sebelum mendaftar, silahkan membaca dulu persyaratannya di sini.