SIMPANG LIMO BENGKULU

AvatarTempat berbagi cerita tentang Bengkulu. Berharap menjadi salah satu sumber informasi mengenai daerah ini. Selamat membaca...

Bengkulu Kota Parkir?

oleh: Sev Pascal

Ini bukan keluhan sempit apalagi pemikiran sempit, dan ini juga bukan berarti bahwa aku tak peduli atas apa yang sudah menjadi kebijakan pemerintah. Ya bicara mengenai parkir dan biaya parkir seakan menjadi sebuah inpirasi baru bagiku dalam mengeluarkan uneg-uneg dan ganjalan yang selama ini aku rasakan di kota ini.

Bagi pemerintah daerah biaya pungutan parkir merupakan sumber PAD yang cukup lumayan dan memang perlu guna membiayai pembangunan daerah yang bersangkutan, Hal ini lumrah menurutku dan wajar di kota manapun juga begitu. Namun yang jadi persoalan adalah jika biaya parkir ini diajadikan komodity oleh sebagian pihak tertentu dalam mencari keuntungan pribadi atau sebagai sarana baru mencari pendapatan dengan mudah yakni hanya dengan modal pluit atau tanda pengenal yang entah resmi atau buatan sendiri, karena aku sendiri pernah melihat seorong tukang parkir dengan lagaknya dan dengan tanda pengenal di kalungkan dilehernya di memaksa agar membayar pungutan parkir pada setiap kendaraan yang meskipun hanya sekedar parkir sesaat untuk duduk-duduk di pingir jalan, rupanya setelah kudekati dan kulihat lebih dekat tanda pengenal itu bertuliskan "PANITIA LOMBA JALAN SANTAI BLA BLA BLA BLA" lengkap dengan cap dan tanda tangan panita dan sektika itu juga dia membalikkan tulisan itu agar menghadap ke arah bajunya sehingga tak bisa di baca orang. ya ironis memang, jadi apa tujuannya, mungkin dia ingin merubah image bahwa dia sekaan-akan tukang parkir asli dan legal (mungkin..)........?

Kenapa aku biacara hal ini? ya karen aku merasa di Kota Bengkulu ini hampir di setiap sudut jalan dan depan pertokoan bahkan di tempat bersantai saja selalu ada saja yang menarik pungutan parkir, persoalannya bukan pada biaya parkirnya saja tapi pada pemungut parkirnya itu sendiri yang menjadi persoalan. Ternyat alangkah mudahnya sesorang untuk menarik pungutan parkir tanpa identitas jelas apakah orang itu menarik pungutan parkir resmi atau fiktif, dan atau apakah uang yang didapat itu masuk ke kas pemda atau kantong pribadi. Hal inilah yang menjadi perhatian aku selaku warga kota Bengkulu yang sedikit banyak harus memarkirkan kendaraan di tempat umum.

Pernah suatu sore di tahun 2006 aku pergi ke tempat wisata tapak paderi untuk bersantai dan menungu sun set menjelang. AKu duduk sendiri di dekat tugu tabot yang memang bisa dibilang cukup jauh dari tepi pantai dan arena wisata tetapi tiba-tiba seorang anak muda dengan tampang agak sedikit preman dengan bermodal pluit meminta agar aku membayar biaya parkir dengan tiba-tiba, aku berkeras "kenapa kamu minta duit parkir sementara aku saja belum beranjak dari tempat ini". Jawabannya cukup mengelikan karena dia bilang dia harus buru-buru pulang karena belum mandi. Aneh memang, namun akau tak mau berdebat dan ambil pusing maka aku serahkan sebuah uang receh lima ratus rupiah, namun tiba-tiba dia menolak karena katanya untuk kendaraan roda dua harus bayar 100 rupah, aku berfikir "lho bukannya kendaraan roda dua itu menurut PERDA biaya parkir hanya 500 rupiah saja?" Tapi dia tak peduli dan dengan sedikit memaksa diapun meminta agar aku memberinya 1000 rupiah. Meskipun hatiku agak sedikit tak rela tapi apa boleh buat daripada ribut (karena pada intinya aku peace lover dan bukan tak berani ribut tapi sebisa mungkin aku menghindari keributan) aku kasih saja lalu dengan santainya diapun menuju ke sebuah warung dan membeli rokok lalu pergi entah ke mana.

Kejadian seperti ini sebenarnya bukan hanya sekali dan sering terjadi di tempat lainnya dan dengan berbagai macam alasan mereka meminta uang parkir sesuka hati mereka tanpa memandang apakah tempat tersebut layak untuk dipungut bayaran parkir atau tidak.

Selain menjamurnya tukang parkir di hampir setiap sudut kota, yang tak kalah serunya adalah para tukang parkir itu kadang meminta parkir sekehendak perutnya saja misalnya ketika pada acara festival tabot, para tukang parkir itu meminta uang parkir yang nominalnya amat jauh dari apa yang telah diperdakan, seperti Roda Dua Rp2000, Roda Empat Rp5000. Kemanakah uang itu larinya? apa ke kas Pemda apa ke Kas pribadi. Jawabannya ada pada anda pelakunya.Halo Pemda yang mengurusi Parkir, halo...halo...halo...

Baca selengkapnya....

Malam Tahun Baru di Kota Manna

oleh: Sev Pascal


Ini cerita tentang perjalananku ke Kota Manna, kota Kenangan alias Bumi Sekundang Setungguan Kabupaten Bengkulu Selatan, aku menginjakkan kaki di sana tepatnya tiga hari sebelum malam tahun baru 2008, atau hari Sabtu 29 Desember 2007. Bicara tentang kota ini bagiku memberikan kenangan tersendiri karena sekitar 9 tahun yang lalu ketika aku menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di provinsi Bengkulu ya di kota inilah aku transit sebelum melanjutkan perjalanan ke kota Bengkulu yang memakan waktu sekitar 4 jam (+/-200 Km) perjalanan darat atau hampir mirip jarak Jakarta-Sukabumi . Aku ingat ketika itu bulan Juli tahun 1998 kami berhenti tepat di depan tulisan SMPN 1 Kota Manna, saat itu aku mengira aku sudah sampai di kota Bengkulu rupanya ketika ku tanyakan pada kakakku yang lebih dulu tinggal di kota Bengkulu katanya belum sampai dan menyisakkan waktu beberapa jam lagi. Dan ketika aku kembali melihat papan tulisan itu aku seakan merasakan sebuah rendezvous pada kenangan sekitar 9 tahun lalu.

Ketika aku kembali ke kota ini, aku merasakan banyak sekali perbedaan dan perubahan dari mulai jalan yang sedang ditata dan diperbaiki hingga semakin banyak gedung-gedung baru yang muncul beserta lampu-lampu hias yang semakin menyemarakkan kota , aku menilai kota ini sedang berbenah, cuma aku berpendapat sedikit mengenai jalan dua jalur. Dengan menjadikan jalan di kota Manna menjadi dua jalur aku melihat ada dua segi positif dan negatif yang muncul. Segi positifnya kendaraan bermotor lebih tertib dan terarah sehingga bisa meminimalisir kecelakaan lalu lintas akibat mencuri jalur, namun segi negatifnya yang kulihat adalah semakin menyempitnya ruas jalan karena pembagi dua jalurnya banyak memakan badan jalan dan diperparah bahu jalan yang tidak rata membuat pengendara bermotor harus lebih waspada. Disamping itu juga aku belum melihat urgensi atas pembagian jalan menjadi dua jalur di kota ini sehubungan volume kedaraan yang melawati jalan-jalan protokol di kota ini juga belum begitu banyak dan mayoritas yang melewatinyapun hanyalah kendaraan roda dua.

Ada satu hal yang menarik di persimpangan jalan-jalan protokol di kota ini yakni dipasangnya lampu lalu lintas lengkap dengan penunjuk time counter-nya seperti yang ada di kota Bengkulu, namun sayang aku bahkan melihat para pengendara mayoritas tidak mengindahkannya sehingga dengan santainya menerobos lampu lalulintas yang sedang menyala merah. Meskipun demikian aku masih memakluminya karena memang jumlah kendaraan yang melintas belum begitu banyak sehingga mungkin di pikiran para pengguna jalan tersebut adalah, "Buat apa menunggu lampu merah berganti lampu hijau dimana nyata-nya tidak ada kendaraan yang melintas di depan jadi ya laju saja...,"

Seperti halanya di kota Bengkulu dan mungkin kota-kota dalam provinsi Bengkulu lainnya yang juga berada di tepian pantai di sinipun rupanya isyu gempa dan tsunami tanggal 23 Desembber 2007 (baca di sini) sama-sama mebuat warga kota Manna resah, sehingga banyak penduduk yang mengungsi ke tempat lain yang dianggap lebih tinggi. Memang isyu ini seakan menjadi suatu komoditas yang dihembuskan individu atau kelompok tertentu untuk memancing di air keruh, tapi disini aku melihatnya bukan dari segi negatif saja melainkan segi positifnya yaitu selalu waspada atas bencana yang mungkin menimpa pada seluruh masyarakat utamanya masyarakat yang memang tinggal di dekat pantai. Entah ada kaitannya dengan Isyu bencana atau tidak namun yang jelas tenaga listrik dari PLN yang ada di kota ini selalu byar-pet (istilah jawa) alias hidup mati tak tentu waktu, bahkan kadang-kadang listrik hidup tapi voltasenya melorot dari 220 V hingga 150 volt jelas membuat banyak alat elektronik cepat rusak, tapi apapun itu yang penting kota ini masih terbebas dari segala bencana. Alhamdulillah

Kembali ke cerita menjelang malam tahun baru di Kota Manna. Sebenarnya sore hari sebelum malam tahun baru aku mencoba jalan-jalan ke daerah pantai di kota Manna tepatnya di kawasan wisata pantai Pasar Bawah. Aku lihat meskipun isyu tsunami belum begitu reda tapi tidak membuat pengunjung takut datang dan melewati indahnya pantai meskipun jumlah pengunjung tidak ramai namun boleh dikatakan lumayan banyak untuk ukuran saat itu dan kebanyakan dari mereka adalah pasangan muda yang menghabiskan sore hari di pinggir pantai. Satu hal yang aku catat mengenai kondisi pantai saat itu yaitu gelombanganya lumayan tinggi dengan tiupan angin yang cukup kencang, namun hal yang menarik adalah ketika lautan tersebut kulihat dari kejauhan tampak seakan laut tersebut terbagi kedalam tiga warna yakni dari mulai laut yang paling dangkal yang paling dekat pinggiran pantai warna laut tersebut adalah coklat dibaluri oleh buih-buih laut berwarna putih semakin ketengah warna laut menjadi biru tua dan semakin jauh dari pandagan mata warna laut adalah biru muda sunguh indah untuk diabadikan namun sayang aku terlupa membawa kamera digital kesayanganku sehingga momen ini terabaikan begitu saja.

Malam tahun baru di sana lumayan meriah meskipun tanpa ada acara khusus hanya sekedar acara-acara yang spontan diadakan oleh anggota masyarakat di kota ini dari mulai karaokean, organ tunggal dan band anak muda yang di pentaskan di tepi jalan-jalan protokol kota Manna, hal ini membuat banyak warga kota Manna yang sengaja keluar menghabiskan malam tahun baru dengan cara berkeliling kota sehingga sekitar pukul 20 ke atas keramaian sepanjang jalan protokol di warnai oleh banyaknya kendaraan bermotor yang menyesakkan jalan dan diperparah banyakanya pengendara sepeda motor dan pejalan kaki yang berhenti dan bergerombol sepanjang pinggir jalan menyaksikan pentas hiburan organ tunggal atau band anak muda namun untunglah aparat kepolisian banyak berjaga malam itu sehingga kesemrawutan jalan masih bisa terkendalai. Kemeriahan malam tahun baru di kota Manna ini juga disemarakkan oleh munculnya kembang api dan petasan yang di sulut oleh warga sekitar sehingga membuat suasana semakin riuh. Setealah aku coba berkeliling-keliling hingga lumayan larut malam tibalah detik-detik yang ditunggu oleh warga di sini yakni malam pergantian tahun 2007-2008. Dengan suara gemuruh petasan, cuaca yang sangat bersahabat meskipun malam-malam biasanya turun hujan tapi malam tahun baru itu hujan tidak menyapa meskipun sebelumnya ada sedikit "gerimis mengundang" dengan suhu udara yang relatif sejuk membuat masyarkat sekitar yang menunggu tahun baru semakin betah berlama-lama berada di pinggir jalan.

Pada hari senin tepatnya tanggl 1 Januari di tahun yang baru dimasuki ini yakni 2008, aku kembali pulang ke kota dimana aku menghabiskan aktifitas sehari-hari ya Kota Bengkulu Kota Semarak alias kota Selengek. Ketika melintas kembali di pusat kota Manna sekitar pukul 1 siang aku merasa terkejut, alangkah sepinya hari ini toko-toko sepanjang pinggir jalan banyak yang tutup dan kendaraan bermotor yang melintaspun bisa dihitung dengan jari saja itupun termasuk aku sendiri yang sedang melintas menuju kota Bengkulu "Ah mungkin masih banyak yang tertidur karena malamnya begadang itu yang ada di benakku". Farewell....

Baca selengkapnya....
 

Mailing List Blogger Bengkulu

Sebelum mendaftar, silahkan membaca dulu persyaratannya di sini.