SIMPANG LIMO BENGKULU

AvatarTempat berbagi cerita tentang Bengkulu. Berharap menjadi salah satu sumber informasi mengenai daerah ini. Selamat membaca...

Perlukah Bengkulu menjadi Bencoolen?

Beberapa hari ini usulan pergantian nama Bengkulu menjadi Bencoolen menjadi topik hangat di mailing list Blogger Bengkulu. Karena mailing list ini bersifat tertutup, maka hanya anggotanya saja yang dapat berpartisipasi di dalam diskusi. Perdebatan hangat ini, saya pikir perlu dinikmati oleh sanak-sanak lain dari Bengkulu atau mereka yang pernah memiliki kenangan tersendiri terhadap Bengkulu. Silahkan menanggapi. | herman

03/30/2009 09:27 AM
Rezi:

Kepada semua sanak bengkulu,

malam tdi ketika membaca running text di tv one, saya kaget krna ada berita bahwa nama bengkulu berubah menjadi bencoolen, saya penasaran juga krn hanya running text aja, sampai akhirnya pagi ini menemukan artikel di sini mungkin bisa jadi referensi

Ada berbagai macam pendapat yang muncul, bagaimana dengan sanak semuanya...



03/30/2009 02:55 PM
Suharyanto:

Yah seperti kebanyakan komentar, rasanya kurang kerjaan dengan mengganti nama Bengkulu menjadi Bencoolen. Kalo kita kaji dari berbagai aspek, Bencoolen hanyalah sebutan untuk Bengkulu, sama dengan Netherlan = Holand = Belanda, dll. Kalo memang merujuk kepada nama asli, semestinya BANGKAHULU, atau pakai aja namo kerajaan besar di Bengkulu tempo dulu, SILEBAR misalnnya.

Jika logikanya sama dengan Ujung Pandang menjadi Makassar tidaklah tepat, soalnya Makasar memang nama salah satu etnis di kota tersebut dan memang ada kerajaan Makasar. Yang jelas tidak diganti menjadi Maccassar (ucapan orang bule). Jika menggunakan logika "pejabat" kota Bengkulu tsb, maka Jawa bisa menjadi Jawadwipa, Kalimantan menjadi Borneo, Sulawesi menjadi Celebes, Maluku menjadi Molucas dan ha ha ha... lucu.

Bencoolen, terus melafalkannya apa. Bengkulen, atau ben-cu-len, atau beng-cu-lun... ha ha ha bisa-bisa kita dianggap sebagai orang "culun"...(just kidding).

Saya rasa ini memang kurang kerjaan....


03/30/2009 03:26 PM
H. Musiardanis:

(Tulisan saya ini sudah dimuat di Harian Bengkulu Ekspress beberapa minggu yang lalu dan karena jengkel dengan kekerasan kepala para pejabat Kota Bengkulu, maka Insya Allah besok tulisan saya yang berjudul "Lagi-lagi Bencoolen" akan dimuat lagi).
----------

Beberapa hari ini kita membaca polemik hangat mengenai satu gagasan luar biasa mengenai nama Kota Bengkulu. Salah satu dinas di kota Bengkulu mempunyai keinginan untuk mengubah nama Bengkulu menjadi Bencoolen. Alasan yang dikemukakan untuk melakukan perubahan itu antara lain karena nama Bencoolen lebih dikenal di manca negara ketimbang Bengkulu, dan ini dapat dijadikan wahana untuk mempromosikan wisata di daerah ini.

Ironis, sungguh sesuatu yang menyedihkan apabila kita lebih menghargai nama yang diberikan oleh orang asing (British) daripada nama yang diberikan oleh nenek moyang kita sendiri. Seseorang yang pernah mempelajari bahasa Inggris seharusnya tahu bahwa ada satu norma dalam bahasa tersebut dalam memberi nama bagi sebuah kaum, suku atau bangsa. Biasanya dalam melakukan ini orang Inggris menambahkan suku kata -an, ian, -er atau -nese di ujung nama asli tempat suku itu berdiam, misalnya : Sundanese untuk orang Sunda; Javanese untuk orang Jawa; Chinese untuk orang Cina; Washingtonian untuk orang Washington; New Yorker untuk orang New York, dan sebagainya.

Norma bahasa ini juga tampaknya dilakukan oleh kolonial Inggris terhadap orang Bengkulu, ketika mereka berada di Bengkulu pada abad ke 18 dan 19. Menurut norma tersebut “orang Bengkulu” akan mereka sebut dengan kata “BENGKULUAN”. Kata ini kemudian dalam tulisan mereka tertera menjadi “BENKULUAN”, kemudian karena pengucapan kata tersebut di lidah mereka keluar dengan bunyi “BENKULUEN” maka lama kelamaan kata itu berubah total, baik dalam bunyi maupun dalam tulisan, menjadi “BENCOOLEN”. Nah, dari sini jelas bahwa kata Bencoolen lebih mengacu pada sebutan untuk orang atau suku Bengkulu (ingat juga kata Singaporean untuk orang Singapura).

Nama Bengkulu sendiri memang belum begitu jelas berasal dari benda atau peristiwa apa. Ada beberapa versi yang mencoba menjelaskan asal muasal nama Bengkulu. Ada yang mengatakan bahwa nama tersebut berasal dari peristiwa berdarah ketika Bengkulu terlibat perang dengan kerajaan Aceh. Kata sumber ini, saking banyaknya orang yang tewas dalam pertempuran, bangkai-bangkai manusia berserakan sampai ke hulu sungai. Dari sini muncul kata “Bangkai ke Hulu” yang akhirnya menjadi
Bangkahulu. Sumber lain menyatakan bahwa nama Bengkulu adalah pemberian Demang Lebar Daun (Petinggi Kerajaan Palembang) yang melihat bahwa keindahan pantai Bengkulu sama persis dengan keindahan pantai di pulau Bangka. Berdasarkan itu Demang Lebar Daun kemudian mengatakan bahwa daerah ini adalah “BANGKA DI HULU”, yang kemudian berubah menjadi BANGKAHULU.

Terlepas dari sumber mana yang lebih layak kita percaya, kita semua pantas menganggap bahwa nama BANGKAHULU atau BENGKULU adalah nama yang benar dan asli dari kota/daerah ini, bukan BENCOOLEN. Kata Bencoolen hanyalah sebutan orang-orang Inggris terhadap penduduk asli atau suku yang tinggal di Bengkulu pada saat itu dan nama Bengkulu sendiri pasti sudah lama ada, jauh sebelum bangsa Inggris datang. Kembali, mengapa kita harus lebih memilih kata Bencoolen? Sedangkan saat ini kata Bencoolen hanyalah sebuah jalan kecil tak dikenal di kota Singapura (Bencoolen Street).

Sepatutnyalah kita berhati-hati, janganlah terlalu mudah melemparkan gagasan perubahan apabila hal itu belum terlalu mendalam kita fahami. Sama halnya dengan keinginan mengubah nama Bumi Rafflesia menjadi Bumi Merah-Putih. Semua orang tahu Rafflesia pertama kali diketemukan di Bengkulu, sehingga wajar apabila daerah ini disebut Bumi Rafflesia. Kalau daerah/kota ini diubah menjadi Bumi Merah-Putih, daerah/kota-kota lain akan tersenyum, dan mungkin juga marah, karena dari Sabang sampai ke Merauke semuanya adalah Bumi Merah-Putih!

Bengkulu, 15 Februari 2009.


03/31/2009 06:43 AM
H. Musiardanis:

Menyimak berita-berita koran beberapa hari terakhir ini saya benar-benar prihatin dan bersedih. Menurut berita, salah satu dinas di Kota Bengkulu masih tetap ngotot ingin mengubah nama kota Bengkulu menjadi kota Bencoolen. Sudah banyak tanggapan yang diberikan oleh berbagai orang dari latar belakang yang berbeda tentang hal ini, rata-rata mereka tidak setuju kita mengubah nama kota Bengkulu menjadi kota Bencoolen! Mengapa kita masih tetap ingin mengubah itu?

Secara sederhana saja, coba kita fikirkan bagaimana kita melafadzkan kata Bencoolen. Apakah Bencoolen kita ucapkan dengan bunyi Bencoolen (huruf C di tengah), atau berbunyi Benculin (juga dengan huruf C di tengah), atau berbunyi Benkulen (seperti bahasa Belanda). Begitu juga agar keseimbangan dalam tata bahasa tetap terjaga, apakah kita menyebut Kota Bencoolen atau Bencoolen City ? Ingat kata Bencoolen berasal dari pengucapan bahasa Inggris terhadap kata BENGKULUAN, yang
artinya Orang Bengkulu.

Saya fikir untuk apa kita mengubah nama asli yang telah diberikan oleh para pendahulu kita, dengan nama yang diberikan oleh orang-orang asing, yang datang belakangan. Alasan untuk lebih marketable juga tidak bisa diterima, selama ini kita sudah gencar mempromosikan Bengkulu dengan kata Bengkulu, bukan Bencoolen! Pergantian nama ini akan membawa dampak kita harus mulai dari awal lagi dalam memperkenalkan Provinsi dan Kota yang kita cintai ini. Nama Bencoolen di jaman kini lebih tidak dikenal dari pada nama Bengkulu.

Hal lain yang lebih prinsip dan mutlak harus dipertimbangkan adalah masalah aspek hukum tata-negara. Nama Provinsi Bengkulu dan Kota Bengkulu itu ditetapkan berdasarkan Undang-Undang NKRI, yakni dalam Undang-Undang tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu. Kalau ingin mengubah nama Kota Bengkulu, ubah dulu bunyi Undang-Undang tersebut, tidak cukup hanya dengan mengajukan Perda baru. Mengubah undang-undang negara bukan wewenang daerah tapi adalah wewenang pemerintah Republik
Indonesia!

Sudah selayaknya kita menghimbau pemerintah Kota Bengkulu agar tidak usah mengubah nama Bengkulu, yang betul-betul trade-mark bangsa kita sendiri. Banyak tugas-tugas lain yang lebih penting dan bermanfaat yang perlu mendapatkan perhatian. Misalnya soal Warung Remang-Remang, soal jalan dalam kota yang rusak, soal Pedagang Kaki-Lima, soal penghijauan dan juga soal pengembangan taman-taman yang dapat berfungsi sebagai paru-paru kota. Prioritaskan dulu kegiatan pada hal-hal yang bermanfaat langsung terhadap warga kota, tunda dulu kegiatan-kegiatan yang terkesan hanya sensasional dan kurang bermanfaat secara langsung bagi kehidupan warga.

Bengkulu, 30 Maret 2009.


03/31/2009 09:05 AM
Ade Ferianty:

Salut Pak Danis,

Tulisan Bapak sudah memberikan informasi yang cukup mendalam. Dari awal mendengar isu perubahan nama ini, saya pribadi merasa tidak setuju, walaupun dengan alasan yg tidak "ilmiah" seperti yang diuraikan Pak Danis (saya merasa kata bencoolen kok terlalu mirp bahasa gaulnya Debby Sahertian :D)...dan setelah saya baca tulisan Pak Danis, memang sepatutnya kita menghimbau pemerintah kota Bengkulu untuk tidak mengganti nama Bengkulu menjadi Bencoolen.

Masih banyak hal lain yang jauh lebih perlu diperhatikan dan diurus oleh pemda Bengkulu seperti yang pak Danis uraikan.

Semoga pemda Bengkulu juga akses blogger ini dan membaca masukan dari putra-putri Bengkulu.

Wassalam,
Ade.


03/31/2009 09:36 AM
Suharyanto:

Saya sangat setuju dengan pak Danis. Kita lihat, apakah para petinggi pemkot benar-benar mau mewujudkan mengubah nama Bengkulu menjadi Bencoolen. Jika iya, saya pikir kita semua orang Bengkulu wajib menolaknya. Buat "petisi keberatan". Kita orang Bengkulu, bukan orang Bencoolen.

Baca selengkapnya....
 

Mailing List Blogger Bengkulu

Sebelum mendaftar, silahkan membaca dulu persyaratannya di sini.